Deteksi dini dan dukungan pasien jadi kunci tangani multiple myeloma

1 week ago 11

Jakarta (ANTARA) - Deteksi dini dan dukungan terhadap pasien menjadi langkah penting dalam meningkatkan penanganan kanker darah multiple myeloma di Indonesia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah memperkuat fasilitas kesehatan sekaligus mendorong masyarakat melakukan pemeriksaan sejak dini.

“Kami sedang memperkuat fasilitas untuk mendukung para penyintas sekaligus mengajak masyarakat melakukan deteksi sejak dini. Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) bisa membantu mengenali gejala awal kanker, dan tahun ini fasilitas PET-CT Scan akan ditambah menjadi 23 unit dari yang sebelumnya hanya tiga," kata Nadia dalam acara Edukasi Media Sadari, Pahami, dan Berdamai dengan Multiple Myeloma di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Peneliti identifikasi target protein baru, peluang obati kanker darah

Kementerian Kesehatan, dikatakannya, juga tengah mengupayakan lebih banyak obat kanker masuk dalam cakupan BPJS Kesehatan agar meringankan beban biaya masyarakat.

Konsultan Hematologi-Onkologi Prof. DR. DR. dr. Ikhwan Rinaldi menilai rendahnya pengetahuan masyarakat masih menjadi hambatan besar dalam mengenali penyakit ini.

Menurut data Global Cancer Observatory 2022, tercatat 3.258 kasus baru dan 13.067 kematian akibat multiple myeloma di Indonesia.

Baca juga: RSCM hadirkan TBI berbasis IMRT pertama di RI guna tangani kanker

“Kalau orang tidak punya pengetahuan, mereka tidak akan aware. Tapi kalau ada kesadaran, meski hanya gejala anemia biasa, pasien bisa berpikir jangan-jangan ini kanker darah, lalu segera periksa. Itu jauh lebih baik daripada terlambat,” ujar Ikhwan.

Ia menyebut pengobatan multiple myeloma kini berkembang pesat. Selain kemoterapi, terapi kombinasi dengan obat kanker hingga antibodi monoklonal terbukti mampu memperpanjang kesintasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dari sisi komunitas, Ketua Multiple Myeloma Indonesia (MMI) dr. Abraham Michael mengatakan organisasinya berperan menjaga semangat penyintas sekaligus memperjuangkan akses layanan kesehatan.

Baca juga: Keajaiban daun seledri: Menurunkan tekanan darah hingga cegah kanker

Selain menjadi ruang berbagi informasi, MMI juga menyalurkan bantuan finansial, termasuk biaya transportasi, pengobatan, hingga dukungan usaha kecil agar pasien tetap produktif.

“Kami ingin memastikan para penyintas tidak hanya bertahan dalam pengobatan, tetapi juga tetap bisa menjalani hidup dengan optimis dan produktif,” kata Abraham.

Kisah Santyna Sanjaya, salah satu penyintas multiple myeloma, menggambarkan pentingnya deteksi dini.

Baca juga: Dokter sebut paparan radiasi bisa picu leukimia pada anak

Ia sempat mengabaikan nyeri pinggang yang dialami hingga akhirnya baru terdiagnosis setelah menjalani serangkaian tes, termasuk PET-CT Scan.

Setelah melewati kemoterapi dan pengobatan, kondisinya membaik berkat dukungan keluarga dan komunitas.

“Untuk semua pejuang MM, kita harus memotivasi diri. Jika dokter menyarankan pengobatan, kita ikuti sampai tuntas agar hasilnya optimal. Saya harap akses pengobatan semakin merata sehingga lebih banyak pasien bisa menjalani hidup lebih baik,” ujar Santyna.

Baca juga: Kemenkes tingkatkan mutu deteksi dini guna atasi situasi kanker darah

Pewarta: Ida Nurcahyani/Meuthia Hamidah
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |