Jakarta (ANTARA) - Penggunaan bahan bangunan alternatif pengganti kayu yang ramah lingkungan, yakni "concrete wood" (conwood) bisa menjadi solusi mencegah pencurian lantai Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) kembali terulang di masa mendatang.
"Conwood" merupakan beton yang tampak seperti kayu atau kombinasi beton dan teknik artistik untuk menciptakan permukaan yang menyerupai kayu.
"Kami menggunakan material yang tidak laku dicuri. Misalnya, ada namanya material 'conwood' itu 'concrete wood', seperti JPO di Senayan," ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Heru Suwondo di Jakarta, Selasa.
"Conwood"'dapat digunakan untuk bagian lantai JPO, menggantikan pelat baja atau aluminium. Penggunaan material tersebut lantaran pelat baja dan aluminium rawan dicuri orang seperti terjadi di JPO Jalan Daan Mogot, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, belum lama ini.
Baca juga: Harus ada CCTV di JPO Jalan Daan Mogot Jakbar
Tercatat, sudah sebanyak empat kali material lantai di JPO itu dicuri. Dalam kejadian terakhir, 15 pelat besi bagian lantai hilang.
Namun belum ada laporan polisi mengenai kejadian itu. Menurut Heru, pihaknya masih mengkaji secara internal.
"Sekarang kami membangun JPO sudah tidak menggunakan pelat baja atau aluminium untuk lantainya. Material baja dijualnya mudah, sementara aluminium lebih mahal harganya," kata Heru.
Baca juga: Polisi selidiki kasus hilangnya pelat besi JPO di Jalan Daan Mogot
Namun, material "conwood" tak bisa digunakan JPO Jalan Daan Mogot. Ini mengingat struktur jembatan dan pemasangan "conwood" mengharuskan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI membongkar keseluruhan konstruksi jembatan.
"Kalau dibongkar butuh biaya tinggi. Lebih baik kita komunikasikan dengan masyarakat dengan petugas untuk pengawasan JPO," kata Heru.
Di tahun 2025, Dinas Bina Marga berencana membangun dua JPO baru, salah satunya di Jakarta Timur (Jaktim).
Sementara itu, terkait pencegahan material bahan di JPO, Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno berencana memasang kamera pengawas (CCTV) di JPO.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025