Beijing (ANTARA) - China meminta Jepang berhenti mencari pembenaran agar dapat meningkatkan kemampuan militernya dan kembali pada komitmen pembangunan damai.
"Kami mendesak Jepang meninggalkan sejarah agresinya, tetap pada jalur pembangunan damai, berhenti mencari-cari alasan untuk pengembangan militernya, dan mengambil tindakan nyata guna mendapatkan kepercayaan negara-negara tetangga," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian pada Jumat (14/11).
Dia menegaskan hal itu untuk merespons komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi yang menilai ancaman militer China terhadap Taiwan bisa "menimbulkan situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang."
Lin menilai komentar Takaichi bertentangan dengan kontrol ketat konstitusi Jepang atas operasi militer pasca-Perang Dunia II, meski aturan itu mulai dilonggarkan sejak revisi undang-undang keamanan 2015.
Dia juga menyampaikan keprihatinan Beijing atas sikap Tokyo terhadap Tiga Prinsip Non-Nuklir — tidak memiliki, tidak memproduksi, dan tidak mengizinkan senjata nuklir berada di wilayah Jepang — setelah pejabat Jepang menyiratkan kemungkinan untuk memiliki kapal selam bertenaga nuklir.
"Meski Jepang mendaku sebagai negara cinta damai dan mengadvokasi dunia yang bebas senjata nuklir, pemerintahan Sanae Takaichi telah membuat pernyataan ambigu tentang Tiga Prinsip Non-Nuklir dan menyiratkan kemungkinan untuk meninggalkan prinsip-prinsip tersebut," kata Lin.
Dia menuding Jepang meningkatkan anggaran pertahanan, melonggarkan ekspor senjata, dan mengembangkan kemampuan ofensif dalam beberapa tahun terakhir. Dia juga menyebut pernyataan Takaichi soal potensi intervensi senjata di Selat Taiwan sebagai langkah yang memperburuk kekhawatiran kawasan.
"Akibat langkah-langkah Jepang ini, negara-negara tetangganya di Asia mempertanyakan apakah Jepang benar-benar telah memutuskan hubungan dengan militerisme? ... Apakah Jepang tetap bertindak sesuai komitmennya terhadap pembangunan damai?" kata Lin.
Dia menambahkan bahwa komentar ekstrem dari kelompok sayap kanan Jepang yang menargetkan diplomat China adalah tindakan tidak bertanggung jawab.
"Kami sekali lagi mendesak Jepang untuk menangani akar masalah, segera mengoreksi dan mencabut pernyataan yang tidak berdasar itu, serta berhenti mencampuradukkan yang benar dan yang salah," kata Lin, menegaskan.
Pernyataan Lin muncul setelah Konsul Jenderal China di Osaka Xue Jian menulis ancaman untuk "memenggal leher kotor tanpa ragu sedetik pun" terhadap PM Takaichi. Pemerintah Jepang menyebut unggahan itu tidak pantas dan telah mengajukan protes.
Menanggapi meningkatnya ketegangan, Wakil Menlu China Sun Weidong memanggil Duta Besar Jepang untuk China Kenji Kanasugi pada Kamis.
Baca juga: China minta Jepang berhenti ikut campur urusan Taiwan
Baca juga: Jepang protes ancaman diplomat China soal pernyataan PM Takaichi
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































