Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyebut akan menyalurkan bantuan kemanusiaan maupun untuk rekonstruksi bangunan ke Jalur Gaza saat gencatan senjata resmi diberlakukan.
"Kami mendukung pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata dan akan terus memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan melakukan upaya keras untuk dimulainya kembali rekonstruksi pascaperang," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Kamis (16/1).
Israel dan Hamas sepakat melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza pada hari Rabu (15/1). Kesepakatan itu terdiri atas tiga fase yang mulai berlaku pada hari Minggu (19/1).
Tercapainya gencatan senjata itu diumumkan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani di Doha, Rabu (15/1), yang merupakan buah dari lebih dari setahun perundingan intensif dengan Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat sebagai mediator.
"China menyambut baik kesepakatan tersebut dan berharap agar kesepakatan ini dapat dilaksanakan secara efektif dan akan ada gencatan senjata penuh dan permanen di Gaza," tambah Guo Jiakun.
Sejak pecahnya konflik di Gaza, Guo Jiakun mengungkapkan China telah menyerukan gencatan senjata dini dan bekerja aktif untuk deeskalasi, perlindungan warga sipil, dan bantuan kemanusiaan.
"Kami juga sangat berharap agar pihak-pihak terkait memanfaatkan gencatan senjata di Gaza sebagai kesempatan untuk lebih meredakan ketegangan di kawasan tersebut," ungkap Guo Jiakun.
Guo Jiakun mengungkapkan China akan bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk melakukan upaya terus-menerus demi perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.
Baca juga: Inggris desak kabinet Israel setujui kesepakatan gencatan senjata Gaza
Baca juga: Pengamat nilai gencatan senjata hanya wacana Biden di akhir jabatannya
Kesepakatan gencatan senjata meliputi tiga fase. Pada fase pertama, gencatan senjata akan berlangsung selama 42 hari, yaitu penarikan pasukan Israel dari seluruh area berpenduduk di Gaza, serta pembebasan sejumlah sandera yang ditahan Hamas, termasuk wanita, lansia, dan mereka yang terluka.
Warga AS juga masuk dalam daftar sandera yang akan dibebaskan. Israel saat ini menahan lebih dari 11.000 tahanan Palestina, sedangkan Hamas diperkirakan menahan 98 warga Israel di Gaza.
Selain itu, warga Palestina akan diizinkan kembali ke lingkungan mereka di seluruh wilayah Gaza sehingga bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan pada fase tersebut.
Fase kedua mencakup pertukaran lebih lanjut antara tahanan untuk pembebasan sandera yang tersisa di Gaza, termasuk tentara pria. Semua pasukan Israel yang masih berada di Gaza akan ditarik selama fase ini, dan gencatan senjata sementara akan menjadi permanen.
Fase ketiga, yang terakhir, mencakup pemulangan jenazah sandera yang tewas di Gaza kepada keluarga mereka, serta dimulainya "rencana rekonstruksi besar-besaran untuk Gaza".
Kesepakatan gencatan senjata ini tercapai pada hari ke-467 setelah serbuan Israel ke Jalur Gaza.
Agresi Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 dan telah menewaskan 46.707 warga Palestina dan menyebabkan 110.265 lainnya luka-luka, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Selain itu, lebih dari 11.000 orang lain masih belum ditemukan dan diduga terkubur di bawah reruntuhan rumah yang hancur akibat pengeboman Israel di Gaza.
Krisis kemanusiaan yang meluas telah merenggut nyawa banyak warga Palestina, baik muda maupun tua, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November untuk pemimpin otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilakukannya di wilayah tersebut.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025