Jakarta (ANTARA) - Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan insentif kepada masyarakat seperti insentif untuk kebutuhan listrik dan energi dapat memperbaiki dan memperkuat daya beli masyarakat di tengah perang dagang global.
"Pemerintah dapat pula menguatkan permintaan domestik dengan memperbaiki daya beli masyarakat. Salah satunya melalui insentif-insentif bagi masyarakat kelas menengah ke bawah seperti kebutuhan listrik dan energi," kata Nailul Huda saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Insentif-insentif tersebut, lanjutnya, dapat memberikan kekuatan bagi perekonomian domestik Indonesia ketika perekonomian global mengalami resesi akibat perang dagang di level internasional dan kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Insentif ini bisa memberikan kekuatan bagi ekonomi domestik di saat ekonomi global terkena resesi," kata Nailul Huda.
Sebagai informasi, Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) memaparkan tiga langkah Presiden Prabowo Subianto mengantisipasi dan menghadapi gejolak global yang salah satunya akibat kebijakan tarif barang-barang impor oleh Pemerintah Amerika Serikat.
Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan Noudhy Valdryno menjelaskan tiga langkah Presiden Prabowo itu mencakup memperluas mitra dagang Indonesia, mempercepat hilirisasi sumber daya alam, dan memperkuat resiliensi konsumsi dalam negeri.
Ia yakin tiga kebijakan itu, diperkuat dengan strategi geopolitik yang matang, mampu menjaga perekonomian Indonesia tetap tumbuh di tengah disrupsi dan gejolak ekonomi global.
Presiden Prabowo juga berencana membentuk 80.000 Koperasi Desa Merah Putih yang bertujuan memperkuat ekonomi desa, membuka jutaan lapangan pekerjaan baru, dan mendorong perputaran uang di daerah.
Upaya ini bukan hanya akan meningkatkan konsumsi dalam negeri, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat perekonomian domestik.
Dengan mendongkrak konsumsi rumah tangga, yang mencakup 54 persen dari PDB Indonesia, program ini akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga: Celios: Timur Tengah dan Afrika bisa jadi tujuan perluasan pasar baru
Baca juga: Celios: Tarif resiprokal AS ke RI berpotensi picu resesi ekonomi
Baca juga: Celios: Perlu peninjauan ulang kebijakan untuk pulihkan IHSG
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025