Buleleng (ANTARA) - Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra membuat tim untuk menelusuri penyebab ratusan siswa SMP di kabupatennya ditemukan dewan pendidikan masih belum bisa membaca.
“Sudah (buat tim) jadi setelah mendapatkan rekomendasi dari Dewan Pendidikan Buleleng langsung bergerak membentuk tim dari guru, guru bimbingan konseling, dan psikolog, jadi untuk mencari tahu apa penyebabnya,” kata dia.
Di Kabupaten Buleleng, Jumat, Sutjidra mengatakan selanjutnya tim ini akan melakukan asesmen penyebab masih banyaknya siswa usia belasan tahun tidak bisa membaca.
“Sedang diasesmen dan anak-anak yang terindikasi kesulitan membaca dan menulis ini diberikan bimbingan khusus,” ujarnya.
Baca juga: Pokja Bunda: Anak usia dini tidak wajib bisa membaca
Baca juga: Diknas Sumsel: masuk SD tidak harus bisa membaca
Namun, sejauh ini Pemkab Buleleng membenarkan sekitar 10 persen dari siswa di Bali Utara itu belum bisa membaca, terutama dari Kecamatan Seririt.
Siswa tidak bisa membaca itu telah diupayakan pemerintah sejak tahun lalu, terbukti contohnya dari 32 anak di SMPN 1 Seririt yang belum bisa membaca kini tersisa 21 anak.
Bupati Buleleng melihat perlu pembelajaran khusus bagi siswa yang menginjak remaja ini, namun agar tak salah penanganan ia ingin mencari tahu melalui tim tentang penyebab ratusan siswa tidak bisa membaca.
Salah satu yang menurutnya menjadi indikasi adalah adanya siswa dengan IQ di bawah rata-rata anak lainnya atau di luar siswa normal yang juga masuk di sekolah-sekolah formal.
Diketahui kabar banyaknya siswa SMP di Kabupaten Buleleng belum bisa atau belum lancar membaca disampaikan oleh Dewan Pendidikan Buleleng, di mana lebih dari 360 siswa kesulitan dalam membaca.
Data ini juga telah direspons Gubernur Bali Wayan Koster yang mengambil langkah berkoordinasi dengan bupati setempat.*
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025