Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Probolinggo, Jawa Timur R. Oemar Sjarif mengatakan sebanyak 16 rumah rusak akibat 64 kali gempa yang mengguncang kabupaten tersebut.
"Telah terjadi gempa bumi sebanyak 64 kali yang berada di titik wilayah perbatasan Kabupaten Probolinggo dan Lumajang sejak Kamis (17/7) hingga Sabtu pagi dengan magnitudo 1,9 - 3,3 yang menyebabkan rumah di beberapa desa mengalami kerusakan ringan hingga sedang," katanya di Probolinggo, Sabtu.
Baca juga: BPBD: Rumah rusak akibat gempa bumi di Probolinggo bertambah
Jumlah tersebut bertambah dari data sebelumnya yang mencatat sebanyak lima rusak dan jumlah desa yang terdampak gempa juga semakin luas dari empat desa menjadi enam desa.
Menurutnya, rumah yang rusak tersebut berada di enam desa di Kecamatan Tiris, yakni Desa Tiris, Ranu Segaran, Ranu Gedang, Desa Ranu Agung, Desa Jangkang, dan Desa Andung Sari.
"Kami juga mendapatkan laporan bahwa gempa bumi tersebut juga dirasakan oleh warga di Kecamatan Krucil, namun tidak ada laporan kerusakan," katanya.
Meski belasan rumah mengalami kerusakan, lanjut dia, tidak ada korban jiwa dalam gempa bumi yang mengguncang perbatasan Kabupaten Probolinggo dan Lumajang tersebut.
Oemar mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan kecamatan dan forum pimpinan kecamatan, relawan dan warga setempat dalam penanganan bencana.
Baca juga: Gempa Lumajang rusak lima rumah warga di Probolinggo
Baca juga: BPBD: Belum ada laporan kerusakan akibat gempa Probolinggo
"Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan memastikan akan terus memantau situasi tersebut, sehingga penanganan akan berlanjut hingga semua wilayah terdampak terverifikasi dan mendapat intervensi sesuai kebutuhan," katanya.
Ia menjelaskan BPBD Probolinggo juga mendistribusikan bantuan terhadap warga yang terdampak gempa bumi, yakni paket kebersihan, terpal, makanan siap saji 1 paket, 1 paket tambahan gizi, 1 paket sandang, dan hygiene kids 1 paket.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
