Lubuk Basung (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menyatakan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang masuk kandang jebak di Taruyan, Nagari (Desa) Tigo Balai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, pada Rabu dalam kondisi cacat pada kaki depan sebelah kiri.
"Kaki depan sebelah kiri harimau dengan kondisi pontong dan ini berdasarkan pemantauan yang kami lakukan," kata Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumatera Barat (Sumbar) Ade Putra di Lubuk Basung, Rabu.
Ia mengatakan harimau tersebut mengalami cacat diduga terkena jerat, sehingga kemampuan untuk berburu mangsanya di hutan berkurang.
Baca juga: Kemenhut pastikan tindak tegas pelaku perburuan harimau Sumatera
Akibatnya satwa langka dan dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 sebagaimana telah diubah Undang-Undang 32 Tahun 2024 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, memangsa ternak warga.
"Ini merupakan harimau kedua yang mengalami cacat, karena sebelumnya juga ada harimau yang cacat dan harimau itu mati terkena jerat babi pada 26 Juli 2024," katanya.
Ia menambahkan harimau ini bakal dievakuasi dan setelah itu harimau langsung dibawa ke lokasi rehabilitasi untuk diobservasi kesehatannya.
"Satwa kami evakuasi untuk dibawa ke lokasi rehabilitasi dan melakukan observasi dalam menentukan jenis kelamin, usia, kondisi kesehatan dan lainnya," kata Ade Putra.
Baca juga: Ternak warga Tigo Balai Agam mati dimangsa harimau
Ia menambahkan harimau masuk kandang jebak diperkirakan pada Selasa (11/3) malam.
Petugas BKSDA Sumbar bersama Tim Patroli Anak Nagari (Pagari) Baringin, Wali Jorong Taruyan, dan masyarakat sekitar, melakukan monitoring kandang jebak tidak jauh dari lokasi pada Senin (11/3) malam.
Saat itu, tambahnya, ada bunyi-bunyian di dalam kandang dan bunyi auman satwa itu.
"Mengingat hari masih malam, maka kami hanya memantau dari jarak jauh sampai Rabu (12/3) pagi, sehingga paginya kami pastikan dan benar ada harimau dalam kandang," kata Ade Putra.
Baca juga: Harimau masuk kandang jebak di Agam berkelamin betina
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025