Banda Aceh (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mengevakuasi satu individu orang utan sumatra (pongo abelii) yang terisolasi di perkebunan warga di Desa Tanjung Geulumpang, Kecamatan Sekrak, Kabupaten Aceh Tamiang.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh Kamarudzaman yang dihubungi dari Banda Aceh, Selasa, mengatakan orang utan tersebut dengan jenis kelamin jantan. Usia satwa dilindungi tersebut diperkirakan 35 hingga 40 tahun.
"Evakuasi dilakukan guna mencegah interaksi negatif dengan manusia. Orang utan tersebut dalam kondisi sehat saat dievakuasi serta memiliki sifat liar. Evakuasi dilakukan pada Senin (3/3)," katanya.
Keberadaan orang utan terisolasi di perkebunan warga tersebut berdasarkan informasi masyarakat. Dari informasi tersebut, tim Resor Konservasi Wilayah (RKW) Serbajadi dan RKW Langsa, BKSDA Aceh bersama mitra bergerak ke lokasi.
Baca juga: Pakar primata ingatkan peran penting primata untuk regenerasi hutan
Baca juga: Bayi orang utan lahir di pusat reintroduksi cagar alam Aceh Besar
Tim akhirnya berhasil menangkap orang utan tersebut. Dari hasil pemeriksaan, kondisi orang utan dalam keadaan sehat. Orang utan itu juga memiliki sifat alam liar, Tim merekomendasikan orang utan itu tidak perlu dibawa ke tempat karantina, tetapi dilepasliarkan ke habitat.
"Selanjutnya, orang utan itu direlokasi kembali ke kawasan hutan lindung di Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang. Hutan lindung tersebut merupakan habitat orang utan dengan pakan dan tutupan hutan mencukupi," kata Kamarudzaman.
Orang utan sumatra merupakan satwa dilindungi. Berdasarkan daftar kelangkaan satwa lembaga konservasi dunia, satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatra itu berstatus kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk bersama-sama menjaga kelestarian orang utan sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa dilindungi.
Serta, tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati.
Kemudian, tidak memasang jerat, racun, pagar listrik tegangan tinggi yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi. Perbuatan ilegal menyebabkan kematian satwa dilindungi dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan.*
Baca juga: Satu orang utan mati terseret banjir di Gayo Lues
Baca juga: BKSDA evakuasi orangutan dari kebun sawit di Subulussalam
Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025