Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memandang bahwa ke depan kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dan langkah retaliasi yang ditempuh Tiongkok serta kemungkinan dari sejumlah negara lain, dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Bank Indonesia memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7 sampai 5,5 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, Perry mengatakan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut dipengaruhi dampak langsung kebijakan tarif AS yang menurunkan ekspor Indonesia ke AS dan dampak tidak langsung akibat penurunan permintaan ekspor dari mitra dagang lain Indonesia, terutama dari Tiongkok.
Sehubungan dengan itu, kata dia, berbagai kebijakan perlu diperkuat guna memitigasi dampak dari menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia tersebut dengan mendorong permintaan domestik dan memanfaatkan peluang peningkatan ekspor.
Perry menyampaikan Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi, didukung dengan percepatan digitalisasi sistem pembayaran.
“Bank Indonesia terus mempererat sinergi dengan kebijakan stimulus fiskal pemerintah baik di pusat maupun di daerah, termasuk dukungan penuh terhadap implementasi berbagai program pemerintah dalam Astacita,” kata dia.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga triwulan I 2025 masih terjaga di tengah peningkatan ketidakpastian global.
“Konsumsi rumah tangga tumbuh positif didukung keyakinan pelaku ekonomi dan kondisi penghasilan yang secara umum masih stabil,” kata Perry.
Belanja pemerintah terkait pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), belanja sosial, dan berbagai insentif lainnya serta kenaikan permintaan musiman selama perayaan Idul Fitri 1446 Hijriah juga mendukung konsumsi rumah tangga.
Sementara investasi, khususnya non-bangunan, tetap menopang pertumbuhan ekonomi sebagaimana tercermin dari meningkatnya impor barang modal, terutama alat-alat berat.
Ekspor non-migas pada triwulan I 2025 meningkat, terutama ditopang komoditas manufaktur seperti mesin serta besi dan baja ke negara-negara ASEAN.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi berbagai wilayah terindikasi tetap baik, terutama wilayah Kalimantan dan Jawa.
Baca juga: BI: Ketidakpastian perekonomian global makin tinggi didorong tarif AS
Baca juga: LPEM UI: BI perlu pertahankan suku bunga acuan 5,75 persen
Baca juga: Ekonom prediksi BI-Rate ditahan pada level 5,75 persen dalam RDG April
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025