Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan terdapat tiga langkah strategis yang dapat diambil oleh pelaku sektor keuangan untuk mendukung pengembangan ekonomi sirkular.
Melalui keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin, Destry menyampaikan bahwa langkah pertama yakni memperluas akses pembiayaan melalui pengembangan solusi inovatif yang mampu mengatasi hambatan terkait agunan.
Langkah kedua, menciptakan dan mengembangkan produk-produk keuangan yang selaras dengan prinsip dan praktik ekonomi sirkular.
Kemudian, langkah ketiga yaitu memperkuat kapasitas lembaga keuangan, khususnya di wilayah perdesaan, guna meningkatkan pemahaman dalam melakukan penilaian terhadap model bisnis berbasis ekonomi sirkular, ramah iklim, dan bersifat nontradisional.
"Dengan dukungan perangkat serta pemahaman yang lebih komprehensif, lembaga keuangan diharapkan dapat mampu melihat potensi nilai jangka panjang serta tingkat risiko yang lebih rendah dari model bisnis sirkular tersebut," kata Destry.
Baca juga: BI: Penurunan BI-Rate diharapkan pengaruhi pasar uang dan keuangan
Ia menambahkan saat ini BI juga telah berperan aktif dalam mendukung pengembangan ekonomi sirkular melalui berbagai kebijakan strategis, salah satunya mendorong sektor hijau melalui kebijakan makroprudensial yang mendukung pembiayaan berkelanjutan.
Kemudian, BI memperkenalkan inklusi keuangan digital bagi petani, termasuk melalui penerapan sistem pembayaran berbasis kode QR nasional (QRIS) yang bebas biaya untuk usaha mikro dan kecil.
Selain itu, bank sentral Indonesia juga mengembangkan model pembiayaan berbasis klaster dengan menjalin kemitraan bersama lembaga-lembaga strategis.
Salah satu contohnya yaitu Desa Penglipuran di Bali, yang menjadi model integratif antara pariwisata dan pertanian sirkular, didukung oleh ekosistem pembayaran digital yang inklusif.
Pada Senin (26/5/2025), Asia-Pacific Rural and Agricultural Credit Association (APRACA)-Regional Policy Forum dan the 78th Executive Committee Meeting diselenggarakan di Bali.
APRACA merupakan forum internasional beranggotakan total 95 lembaga dari 24 negara di Asia Pasifik yang terdiri dari regulator maupun lembaga keuangan.
Forum APRACA ini dibentuk dengan tujuan untuk mendorong kerja sama serta memfasilitasi pertukaran informasi dan keahlian di bidang rural and agriculture financing.
Pada kesempatan tersebut, Chairman Agricultural Development Bank of China (ADBC) sekaligus Chairman APRACA Qian Wenhui menyampaikan tiga makna strategis dari ekonomi sirkular di sektor pertanian.
Pertama, ekonomi sirkular dapat mengatasi keterbatasan sumber daya alam melalui penerapan model sistem tertutup yang mengubah limbah menjadi sumber daya yang bernilai tambah, selain mengurangi tekanan terhadap lingkungan dan dampak ekologi.
Kedua, pendekatan ini mendukung ketahanan pangan melalui penerapan praktik pertanian berkelanjutan, seperti substitusi pestisida kimia dengan alternatif ramah lingkungan serta penerapan sistem tumpang sari.
Ketiga, ekonomi sirkular berkontribusi terhadap pencapaian target iklim, baik dalam konteks emisi karbon maupun netralitas karbon, antara lain melalui pemanfaatan kembali limbah pertanian, penggunaan biogas, pengurangan emisi gas rumah kaca, serta perlindungan terhadap keanekaragaman hayati.
Baca juga: BI Bali dirikan ekosistem pelindungan konsumen
Baca juga: BI dukung pengembangan ekosistem keuangan hijau
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025