BI: Ketidakpastian perekonomian global makin tinggi didorong tarif AS

2 weeks ago 6
Akibatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan akan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen

Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa ketidakpastian perekonomian global makin tinggi, didorong oleh kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pengumuman kebijakan tarif resiprokal AS awal April 2025 serta langkah retaliasi oleh Tiongkok dan kemungkinan dari sejumlah negara lain meningkatkan fragmentasi ekonomi global dan menurunnya volume perdagangan dunia.

“Akibatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan akan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut, Perry mengatakan bahwa penurunan ekonomi yang terbesar terjadi di AS dan Tiongkok, sejalan dengan dampak perang tarif kedua negara tersebut.

Pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang lainnya juga diperkirakan akan melambat dipengaruhi dampak langsung dari penurunan ekspor ke AS dan dampak tidak langsung dari penurunan volume perdagangan dengan negara-negara lain.

Perang tarif dan dampak negatifnya terhadap penurunan pertumbuhan AS, Tiongkok dan ekonomi dunia memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global serta mendorong perilaku risk aversion pemilik modal.

Imbal hasil (yield) U.S. Treasury menurun dan indeks mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia atau DXY melemah di tengah peningkatan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) di tahun ini maupun tahun depan.

Aliran modal dunia bergeser dari Amerika Serikat ke negara dan aset yang dianggap aman atau safe haven asset and safe haven countries, terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang serta komoditi emas.

Sementara itu, aliran keluar modal global dari negara berkembang masih berlanjut sehingga memberikan tekanan terhadap pelemahan mata uangnya.

“Memburuknya kondisi global tersebut memerlukan penguatan respon dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” kata Perry.

Baca juga: LPEM UI: BI perlu pertahankan suku bunga acuan 5,75 persen

Baca juga: Ekonom prediksi BI-Rate ditahan pada level 5,75 persen dalam RDG April

Baca juga: Ekonom: Keluhan AS terhadap QRIS tidak memiliki dasar kuat

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |