BI: Kerja sama "swap agreement" dukung penguatan cadangan devisa

4 hours ago 4
Ini (bilateral swap agreement menjadi salah satu) yang membuat kenapa kami bisa lebih menjaga cadangan devisa kita pada level yang kuat, sementara memang goncangan (global) sangat besar

Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan, bank sentral Indonesia menjalin kerja sama bilateral swap agreement dengan beberapa bank sentral negara lain guna mendukung aktivitas perekonomian nasional sekaligus penguatan cadangan devisa.

Saat ini, BI telah memiliki kesepakatan dengan beberapa bank sentral lainnya dalam bilateral swap agreement mulai dari People's Bank of China (PBOC), Monetary Authority of Singapore (MAS), Bank Negara Malaysia (BNM), hingga Reserve Bank of Australia (RBA).

“Ini (bilateral swap agreement menjadi salah satu) yang membuat kenapa kami bisa lebih menjaga cadangan devisa kita pada level yang kuat, sementara memang goncangan (global) sangat besar. Dan intervensi kami terus ada juga di market pada saat gejolak yang begitu luar biasa,” kata Destry dalam acara “Outlook Ekonomi DPR” di Jakarta, Selasa.

Sebagai catatan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2025 tercatat tetap tinggi sebesar 152,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS), meski menurun apabila dibandingkan posisi pada akhir Maret 2025 sebesar 157,1 miliar dolar AS.

Posisi cadangan devisa pada akhir April tahun ini setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Adapun bilateral swap agreement memungkinkan suatu bank sentral mendapatkan valuta asing dari bank sentral mitra dengan saling mempertukarkan mata uang lokal (local currency) masing-masing negara.

Terkait dengan kerja sama ini, Destry menyebutkan bahwa perkembangan local currency transaction (LCT) juga meningkat dengan pesat di tengah nilai tukar dolar AS yang terus berfluktuasi akibat ketidakpastian global.

“Mereka (para pelaku bisnis) tidak hanya menggunakan dolar AS untuk transaksinya, tapi juga menggunakan currency sesuai dengan mitranya,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Destry turut menyampaikan komitmen BI untuk terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga stabilitas ekonomi.

Salah satu kebijakan moneter yakni stabilisasi nilai tukar rupiah terutama pada saat terjadi gejolak di pasar saat libur Lebaran. Pada saat itu, BI melakukan kombinasi intervensi tidak hanya triple intervention pada transaksi spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan pembelian SBN di pasar sekunder tetapi juga intervensi di pasar off-shore non-deliverable forward (NDF).

“Beberapa hari ini rupiah terus mengalami penguatan, sekarang di level Rp16.400-an (per dolar AS) dan itu benar-benar market yang bergerak karena confidence yang mulai membaik,” kata Destry.

Dari sisi kebijakan makroprudensial, BI juga akan terus mendorong pengoptimalan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Menurut Destry, hingga saat ini sudah banyak bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas seperti sektor perumahan, hilirisasi, UMKM, dan seterusnya.

“Dia (bank) akan mendapatkan keringanan giro wajib minimum (GWM) 3-5 persen (melalui kebijakan KLM), sehingga GWM bank yang seharusnya 9 persen menjadi 4 persen. Dan saat ini hampir semua bank sudah menikmati kebijakan likuiditas makroprudensial tersebut,” kata dia.

Terakhir terkait dengan kebijakan sistem pembayaran, BI terus meningkatkan efisiensi dan coverage dari sisi pembayaran dengan terus meningkatkan cross-border transaction dengan beberapa negara yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan transaksi retail.

Baca juga: Cadangan devisa Indonesia pada April 2025 capai 152,5 miliar dolar AS

Baca juga: BI: Stabilitas eksternal ekonomi RI kuat menghadapi gejolak global

Baca juga: Ekonom: DHE 100 persen stabilkan cadangan devisa dan kurs rupiah

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |