Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy menyatakan hilirisasi dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan.
“Dengan pendekatan yang tepat, hilirisasi sawit dapat memberikan manfaat besar, tidak hanya bagi perekonomian nasional, tetapi juga bagi kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan. Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan sektor ini,” ujarnya dalam seminar nasional yang diadakan di Institut Pertanian Bogor (IPB) Convention Center, dikutip dari keterangan resmi, Jakarta, Jumat.
Pada kesempatan tersebut, dia menegaskan pentingnya sektor kelapa sawit dalam mewujudkan ketahanan pangan dan energi nasional.
Kelapa sawit disebut menjadi salah satu komoditas strategis nasional yang mendukung agenda transformasi ekonomi Indonesia. Dengan industrialisasi dan hilirisasi yang tepat, lanjutnya, sawit dapat berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta ketahanan energi dan pangan.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, pemerintah telah menempatkan kelapa sawit sebagai sektor strategis yang mendukung transformasi ekonomi melalui peningkatan inovasi, produktivitas, dan daya saing industri.
Strategi hilirisasi sawit akan dilakukan secara bertahap, mulai dari penguatan ekosistem industrialisasi pada 2025-2029, peningkatan kompleksitas produk industri pada 2030-2034, penguatan daya saing global pada 2035-2039, hingga menjadikan Indonesia sebagai manufacturing hub dunia pada 2040-2045.
“Upaya ini selaras dengan kebijakan penguatan industri berbasis sumber daya alam unggulan, industri padat karya terampil, padat teknologi, dan berorientasi ekspor,” ungkap Kepala Bappenas.
Lebih lanjut, kelapa sawit dinilai memiliki peran signifikan dalam mendukung ketahanan pangan nasional, salah satunya melalui Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA). Model ini memungkinkan sinergi perkebunan sawit dan peternakan sapi yang berdampak pada peningkatan produktivitas, pendapatan pekebun, serta keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, sawit juga dianggap menjadi sumber utama energi terbarukan melalui pengembangan biodiesel. “Kebijakan mandatori biodiesel yang telah mencapai B35 sejak 2023 akan terus diperkuat, dengan target implementasi B40 pada 2025 dan pengembangan bioetanol untuk mengurangi ketergantungan impor BBM (Bahan Bakar Minyak),” kata Rachmat Pambudy.
Untuk mendukung pembangunan rendah karbon, ungkap dia, pemerintah mendorong pula pengelolaan sawit yang lebih berkelanjutan, termasuk menghindari ekspansi ke lahan gambut, menerapkan pertanian regeneratif, serta meningkatkan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Konsep ekonomi sirkular turut akan diterapkan dengan memanfaatkan limbah sawit sebagai sumber energi dan bahan baku industri.
“Pemerintah juga menekankan pentingnya inovasi dalam pengelolaan industri sawit, termasuk diversifikasi produk hilir untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing global,” ucap Menteri PPN.
Baca juga: Rektor: IPB telah kembangkan produk-produk dari kelapa sawit
Baca juga: Pemerintah mendorong hilirisasi sawit melalui empat tahapan
Baca juga: Wamentan: Perkebunan-industri sawit kuatkan posisi tawar RI di dunia
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025