Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy mengatakan, kerja sama pihaknya dengan PT Moosa Genetika Farmindo dan Institut Pertanian Bogor (IPB) membuka revolusi baru membangun sapi perah nasional berbasis kemampuan genetik.
“Peluncuran Sapi Merah Putih pada pagi hari ini akan menjadi peluang membuka revolusi baru membangun sapi perah berbasis kemampuan genetik para ahli-ahli di Indonesia,” ucapnya dalam acara Peluncuran Sapi Merah Putih di Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat.
Sapi Merah Putih merupakan program peningkatan genetik yang dirancang untuk memperkuat industri sapi perah Indonesia dengan fokus pada sistem peternakan rakyat.
Menteri PPN/Kepala Bappenas menjadi inisiator dari program ini, mengingat dirinya juga merupakan akademisi di bidang agribisnis dan guru besar di IPB.
Baca juga: Bappenas harap program Sapi Merah Putih dapat dukung MBG
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sapi perah yang lebih produktif dan tangguh terhadap kondisi tropis, dengan memanfaatkan plasma nutfah lokal yang telah beradaptasi.
Saat ini, konsumsi susu di Indonesia sendiri terus meningkat hingga sekitar 4,5 juta ton per tahun. Namun, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 20 persen atau sekitar 0,9 juta ton, sehingga 80 persen sisanya dipenuhi oleh impor.
Adapun populasi sapi perah nasional sekitar 540 ribu ekonomi yang 80 persen di antaranya berasal dari peternakan rakyat dengan kepemilikan kurang dari 10 ekor, dan produktivitas rata-rata 10-12 liter per ekor per hari, jauh di bawah potensi optimal.
Untuk memenuhi kebutuhan susu nasional secara mandiri, populasi sapi perah perlu ditingkatkan hingga 4-5 kali lipat yang bergantung pada proses reproduksi dan perbaikan genetik.
Baca juga: Kepala Bappenas: Pembibitan jadi modal utama dalam genetika sapi lokal
Salah satu langkah strategis dalam peningkatan genetik adalah apa yang disebut Genomic Selection (GS), metode seleksi berbasis informasi genetik dan perhitungan gEBV (genomic Estimated Breeding Value).
GS memungkinkan identifikasi sifat unggul seperti produksi sapi, ketahanan terhadap penyakit tropis, efisiensi pakan, dan adaptasi terhadap lingkungan panas secara lebih cepat dan akurat.
Hal ini mengingat, kondisi peternakan rakyat di Indonesia secara umum tak memiliki catatan produksi memadai, tujuan usaha yang berbeda-beda, serta manajemen beragam.
“Nanti akan saya laporkan lagi kepada Bapak Presiden setelah ekosistemnya terbentuk. Ekosistem yang pertama untuk membangun sapi perah pertama-tama harus ada bibitnya, kemudian harus ada dukungan teknologi pengembangannya sudah ada,” ungkap Kepala Bappenas.
Baca juga: PT SNJ dukung pelaksanaan MBG lewat investasi sapi perah
PT Moosa Genetika Farmindo memperoleh dukungan pendanaan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dalam program Sapi Merah Putih.
Rachmat Pambudy sudah memastikan, bahwa PT Moosa siap mengembangkan program ini.
“Di sini tidak pakai uang APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara). Ini bebas APBN,” kata dia.
“Kolaborasi ini dari, oleh, dan untuk Indonesia Raya,” ujar Kepala Bappenas.
Baca juga: Barantin pastikan sapi perah impor Australia aman dan sehat
Beberapa hal menjadi poin utama dalam kerja sama antar berbagai pemangku kepentingan tersebut ialah pengembangan dan pemanfaatan teknologi genetika sapi lokal, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan ekosistem pendukung pengembangan Pedet Sapi Merah Putih.
Selain itu, pengembangan proyek percontohan berbasis tematik, holistik, integratif dan spasial, pertukaran dan pemanfaatan data, hingga kegiatan lain untuk mendukung perencanaan pembangunan.
Sebagai informasi tambahan, PT Moosa merupakan perusahaan bioteknologi yang berfokus pada peningkatan genetik sapi lokal dan sapi perah melalui teknologi reproduksi hewan, serta molekuler modern.
Baca juga: Pemerintah buka opsi negara baru sumber sapi perah impor
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.