Bambang Susanto raih IBL Legacy Award atas dedikasinya di basket

2 months ago 18

Jakarta (ANTARA) - Pemilik dan pembina klub Pacific Caesar Surabaya Bambang Susanto meraih IBL Legacy Award 2025 sebagai apresiasi atas dedikasi dan kontribusinya membangun dan menjaga eksistensi bola basket Indonesia.

IBL Legacy Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perkembangan bola basket nasional.

Pada tahun ini, penghargaan tersebut diberikan kepada Bambang Susanto yang juga dikenal dengan nama Suk Fuk atas perannya menjaga keberlangsungan klub Pacific Caesar Surabaya selama lebih dari lima dekade atau sejak era 1960-an.

Penghargaan IBL Legacy Award pertama kali diberikan pada musim 2020 kepada pemain legendaris Sony Hendrawan, lalu kepada mantan Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih pada 2024, dan tahun ini tongkat penghormatan tersebut berlanjut kepada Suk Fuk sebagai simbol penghargaan atas kiprah dan inspirasi yang telah ia berikan.

Perjalanan Bambang Susanto bersama Pacific Caesar dimulai bukan dari meja manajemen, melainkan sebagai pemain. Ia turut tampil di berbagai kompetisi besar nasional seperti Kobatama dan Gubernur Cup Jawa Timur.

Pada 1991, Suk Fuk berhasil membawa Pacific Caesar menjadi juara Kobatama Pratama dan peringkat 3 Kobatama dalam laga klasik kontra Pelita Jaya di Tasikmalaya.

Usai pensiun sebagai pemain, Bambang Susanto naik ke jajaran manajerial klub dan menjadikannya figur sentral dalam perjalanan Pacific Caesar. Ia memastikan Pacific terus menumbuhkan generasi basket baru dari Surabaya.

Baca juga: Jordan sebut Dewa United harus "all-out" saat hadapi Rans di semifinal

Pacific Caesar didirikan pada 8 Mei 1968, namun baru menjadi klub profesional secara resmi pada 11 Agustus 2011 di bawah kepemimpinan Bambang Susanto.

Klub asal Surabaya tersebut pertama kali mengikuti kejuaraan profesional pada Kobatama 1992 setelah melalui seleksi ketat antarklub di wilayah Jawa Timur. Pacific tampil mewakili Jawa Timur bersama Golden Hand dan Halim Kediri.

Dedikasi Suk Fuk tidak hanya terlihat di lapangan, tetapi juga dalam infrastruktur. Pada 1997, ia membangun GOR Pacific Caesar di kawasan Kenjeran, Surabaya. Gedung ini menjadi markas utama tim dan simbol ketekunan panjang pria yang memilih mengabdikan hidupnya untuk basket Indonesia.

Pacific Caesar dikenal sebagai klub penghasil pemain berkualitas tanpa harus mengandalkan skuad bertabur bintang. Nama-nama seperti Indra Muhammad, Widyanta Putra Teja, dan Nuke Saputra merupakan alumnus dari sistem pembinaan klub ini. Kini, giliran Daffa Dhoifullah yang terpilih sebagai pemain IBL All Star meneruskan tradisi tersebut.

Bambang Susanto konsisten membuka peluang bagi talenta muda. Tak sedikit pemain yang tumbuh di Pacific lalu melangkah ke jenjang lebih tinggi, termasuk tim nasional. Dalam format IBL modern yang menerapkan sistem laga kandang dan tandang, Pacific Caesar tetap eksis dengan dukungan penggemar loyal dan pembinaan akar rumput yang kuat.

Musim IBL 2025 menjadi salah satu bukti keberlangsungan klub di bawah arahan Suk Fuk. Pacific Caesar menutup musim di posisi ke-10, meningkat dari musim sebelumnya. Meskipun bukan tim papan atas, klub ini tetap menjadi salah satu benteng penting dalam peta pembinaan bola basket nasional.

Baca juga: Dewa United capai semifinal keempat dalam lima musim terakhir

Baca juga: Gagal di Playoff, Tangerang Hawks pulang dengan pelajaran berharga

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |