New Delhi (ANTARA) - Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil (Directorate General of Civil Aviation/DGCA), badan pengawas penerbangan sipil India, pada Senin (14/7) meminta maskapai-maskapai penerbangan untuk memeriksa sistem penguncian tombol bahan bakar di pesawat Boeing mereka.
DGCA mengatakan bahwa maskapai penerbangan harus menyelesaikan pemeriksaan dan mengonfirmasi kepatuhan paling lambat Senin (21/7) mendatang sesuai dengan Buletin Informasi Kelaikan Udara Khusus (Special Airworthiness Information Bulletins/SAIB) yang dikeluarkan oleh Administrasi Penerbangan Federal (Federal Aviation Administration/FAA) Amerika Serikat (AS).
SAIB tersebut berkaitan dengan kemungkinan pelepasan fitur penguncian tombol kontrol bahan bakar. Langkah itu diambil beberapa hari setelah Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (Aircraft Accident Investigation Bureau/AAIB), di dalam laporan awal mengenai kecelakaan pesawat B787-8 bulan lalu di Negara Bagian Gujarat, India barat, menemukan bahwa aliran bahan bakar ke mesin pesawat terputus karena kebingungan mengenai pergerakan tombol mesin di kokpit di antara para pilot.
"DGCA mengeluarkan modifikasi wajib untuk pesawat/mesin/komponen yang terdaftar di India berdasarkan Petunjuk Kelaikan Udara yang dikeluarkan oleh Negara Asal Desain/Manufaktur. Telah diketahui oleh DGCA bahwa beberapa operator, baik internasional maupun domestik, telah memulai inspeksi terhadap armada pesawat mereka sesuai dengan SAIB NM-18-33 tertanggal 17 Desember 2018," kata regulator penerbangan tersebut.
Tombol kontrol bahan bakar mengatur aliran bahan bakar ke mesin pesawat. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa Air India, Air India Express, Akasa Air, dan SpiceJet merupakan beberapa maskapai penerbangan domestik yang mengoperasikan pesawat Boeing 787 dan 737.
Laporan setebal 15 halaman dari AAIB diterbitkan sebulan setelah kecelakaan mematikan tersebut. Dokumen itu memberikan laporan resmi pertama mengenai momen-momen terakhir dari kecelakaan penerbangan terburuk di India dalam beberapa dekade terakhir itu, serta mengemukakan pertanyaan-pertanyaan baru mengenai penyebab kegagalan mesin ganda yang terjadi secara serentak.
Laporan itu tidak menunjukkan adanya masalah signifikan pada pesawat atau mesinnya. Laporan tersebut juga tidak merekomendasikan tindakan apa pun terhadap produsen atau operator pesawat B787-8 pada tahap investigasi saat ini.
Pada Senin yang sama, CEO sekaligus Direktur Pelaksana Air India Campbell Wilson mengatakan bahwa laporan AAIB tidak menemukan adanya masalah mekanis atau perawatan pada pesawat atau mesin, dan semua tugas perawatan wajib telah diselesaikan.
Selain itu, sebuah asosiasi pilot komersial di India menyampaikan keinginan untuk berpartisipasi dalam investigasi atas tragedi tersebut. Dalam sebuah reaksi keras terhadap laporan awal AAIB itu, Presiden Asosiasi Pilot Maskapai Penerbangan India (ALPA-India) Sam Thomas mengatakan mereka menginginkan transparansi terkait investigasi itu.
"Kami merasa investigasi ini digerakkan ke arah yang mengasumsikan bahwa para pilot bersalah, dan kami sangat keberatan dengan alur pemikiran tersebut," demikian pernyataan ALPA-India.
Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India yang sedang menuju London jatuh pada 12 Juni tak lama setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel di Ahmedabad, sekitar 17 kilometer di sebelah selatan Gandhinagar, ibu kota Gujarat, India barat.
Hanya satu dari 242 orang di dalam pesawat itu yang berhasil selamat.
Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































