Aspebindo dukung pemerintah ajak AS investasi di mineral kritis RI

3 days ago 6

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu bara Indonesia (Aspebindo) Fathul Nugroho mendukung penuh inisiatif Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono yang mengajak investor Amerika Serikat (AS) menanamkan modal di sektor mineral kritis.

“Dengan teknologi pengolahan berkelanjutan dari AS, Indonesia bisa meningkatkan nilai tambah nikel hingga 10 kali lipat dari harga nickel ore,” ujar Fathul Nugroho ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Kamis.

Fathul menilai ajakan tersebut sebagai langkah strategis untuk mempercepat pembangunan industri hilir, sekaligus mendiversifikasi investasi nikel yang didominasi China, di tengah permintaan global baterai nikel yang melonjak untuk kendaraan listrik (EV).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia memproduksi 215 juta ton bijih nikel pada 2024, atau setara dengan 40 persen pasokan global. Namun, sekitar 85 persen ekspor nikel Indonesia masih dalam bentuk produk setengah jadi.

Fathul menegaskan, investasi AS dapat mengubah paradigma ini.

Permintaan nikel untuk baterai EV diproyeksikan meningkat hingga 500 persen pada 2030. AS, lanjut dia, diperkirakan membutuhkan minimal 500.000 ton nikel per tahun untuk memenuhi kebutuhan industri EV AS.

“Ini peluang bagi Indonesia, yang memiliki cadangan nikel terbesar dunia (5,2 miliar bijih nikel), untuk menjadi mitra utama AS,” kata Fathul.

Kementerian Luar Negeri bersama dengan Kementerian Investasi dan Hilirisasi dan Satgas Hilirisasi diharapkan dapat menarik investasi dari AS. Sebab, selama ini, sekitar 92 persen investasi di sektor nikel Indonesia berasal dari China, dengan total realisasi 15 miliar dolar AS dalam lima tahun terakhir.

Meski berkontribusi positif pada program hilirisasi, hal tersebut dapat membuat ketergantungan yang berisiko secara geopolitik.

“Investor AS bisa menjadi penyeimbang. Jika 20 persen dari target investasi mineral kritis AS senilai 30 miliar dolar AS (2025–2030) dialokasikan ke Indonesia, itu bisa membuka setidaknya 50.000 lapangan kerja baru di sektor hilir,” kata Fathul.

Pernyataan tersebut merespons Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono yang mengundang investor AS menanamkan modalnya di sektor mineral kritis, seperti nikel, dan sektor-sektor penting lain.

Hal tersebut berlangsung pada pertemuannya dengan Menlu Amerika Serikat Marco Rubio di Washington DC, Rabu (16/4/2025) waktu setempat.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |