Washington (ANTARA) - Presiden AS Donald Trump pada Jumat (14/11) mengatakan bahwa Amerika Serikat akan melakukan uji coba nuklir karena dia "tidak punya pilihan" ketika negara lain melakukan hal serupa.
Dia menegaskan bahwa AS punya lebih banyak senjata nuklir dibandingkan negara lain.
"Sayalah yang merenovasinya dan membangun beberapa, dan saya benci melakukannya, tetapi saya tidak punya pilihan, karena mereka memilikinya," kata Trump dalam penerbangan di pesawat kepresidenan Air Force One.
Sebelumnya pada Rabu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa janji Presiden Trump untuk melanjutkan uji coba nuklir bertujuan memverifikasi keamanan senjata.
"Kami akan melakukan uji coba nuklir seperti yang dilakukan negara lain. Kami memiliki lebih banyak senjata nuklir dibanding negara mana pun dan kami harus mengujinya," kata Trump dalam perjalanannya menuju Florida.
Namun, dia mengatakan dirinya tertarik pada denuklirisasi atau pelucutan senjata nuklir.
"Kami punya lebih banyak [senjata nuklir]. Rusia nomor dua, dan China jauh di posisi ketiga, tetapi dalam empat atau lima tahun, mereka akan sejajar dengan kami. Yang ingin saya lakukan denuklirisasi," kata Trump.
Pekan lalu, Trump mengaku telah memerintahkan Departemen Perang — nama lama Departemen Pertahanan AS — untuk segera melanjutkan uji coba nuklir.
Dia menjelaskan bahwa perintah itu diberikan karena "pihak lain melakukan uji coba" dan hal itu "tepat" bagi AS untuk mengikuti perkembangan tersebut.
Pada Kamis, juru bicara pemerintah Rusia Dmitry Peskov mengatakan uji coba senjata nuklir AS, jika dilakukan, akan menandai berakhirnya larangan panjang atas uji coba nuklir.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali menyatakan bahwa jika negara lain melakukan uji coba nuklir, Rusia akan "bertindak sesuai," kata Peskov.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Rusia: Kami siap "bertindak sesuai" jika AS uji lagi senjata nuklir
Baca juga: Rusia larang uji senjata nuklir, tetapi siap lakukan jika terpaksa
Penerjemah: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































