Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai bahwa peningkatan inflasi inti atau core inflation yang tercatat 2,36 persen (yoy) dan 0,30 persen (mtm) bukanlah hal yang mengkhawatirkan, melainkan indikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut dia, kenaikan inflasi inti justru mencerminkan peningkatan konsumsi masyarakat.
“Enggak apa-apa, karena inflasi inti meningkat itu menunjukkan adanya pertumbuhan. Pertumbuhan dari konsumsi masyarakat. Jadi core inflation naik itu positif,” kata Airlangga saat ditemui wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Jumat.
Ia menyoroti komponen inflasi yang diatur pemerintah atau "administered price" saat ini sudah menurun, sehingga kenaikan inflasi inti lebih mencerminkan aktivitas ekonomi yang sehat.
Sebagaimana diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Januari 2025, inflasi inti secara tahunan tercatat sebesar 2,36 persen (yoy), naik dari indeks 103,23 pada Januari 2024 menjadi 105,67 pada Januari 2025. Secara bulanan inflasi inti meningkat sebesar 0,30 persen (mtm).
Sementara itu, komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 6,41 persen (yoy) dan 7,38 persen (mtm).
Meski tingkat konsumsi masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi, Airlangga menilai hal itu tidak menjadi persoalan, mengingat indeks keyakinan konsumen masih tetap terjaga.
"Ya enggak apa-apa. Kan kita punya indeks keyakinan konsumen yang masih di atas 120," katanya.
Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada di level 121,1 pada Januari 2025.
Adapun secara keseluruhan, inflasi nasional pada Januari 2025 tercatat sebesar 0,76 persen (yoy), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 105,99.
Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 4,55 persen, sedangkan inflasi terendah tercatat di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,02 persen.
Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan signifikan meliputi makanan, minuman, dan tembakau (3,69 persen); perawatan pribadi dan jasa lainnya (7,27 persen); serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (2,47 persen). Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami penurunan indeks sebesar 8,75 persen.
Baca juga: Airlangga: Indonesia miliki KEK yang siap dukung industri kecantikan
Baca juga: Terima delegasi EU-ABC, Airlangga bahas pengoptimalan iklim investasi
Baca juga: Airlangga sebut hilirisasi industri kosmetik terus tumbuh
Baca juga: Airlangga: Indonesia miliki SDA untuk dukung industri kecantikan
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025