Acaraki Jamu Festival angkat permainan tradisional & aksara Nusantara

1 month ago 16

Jakarta (ANTARA) - Permainan tradisional dan aksara Nusantara menjadi sorotan utama dalam penyelenggaraan Acaraki Jamu Festival edisi Juli 2025, yang digelar untuk menghidupkan kembali elemen budaya lokal di tengah masyarakat modern.

Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia Jony Yuwono dalam keterangannya pada Senin menyampaikan bahwa festival ini bertujuan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya dalam bentuk yang relevan dan mudah diterima oleh generasi masa kini.

"Permainan tradisional dan aksara Nusantara merupakan bagian dari warisan bersama yang kaya makna. Melalui Acaraki Jamu Festival, kami berharap dapat menjembatani warisan tersebut dengan generasi masa kini lewat pendekatan yang menyenangkan, namun tetap sarat pesan budaya," ujarnya.

Festival diselenggarakan pada Minggu (27/6) di Jakarta oleh GP Jamu didukung oleh Acaraki mengusung tema pelestarian budaya, kegiatan ini menyajikan dua program utama: “Estafet Games & Karnaval Permainan Nusantara” serta “Pesta Aksara Nusantara”, yang menggabungkan edukasi, hiburan, dan pelestarian budaya dalam satu rangkaian acara.

Baca juga: Festival jamu kembangkan ekonomi kreatif masyarakat

Di area permainan rakyat, pengunjung dari berbagai kalangan diajak untuk kembali memainkan permainan tradisional seperti bola bekel, gasing, ketapel, dan tumpuk batu. Permainan ini tidak hanya menghadirkan suasana penuh tawa dan nostalgia, tetapi juga mengandung nilai-nilai seperti ketekunan, konsentrasi, sportivitas, dan kerja sama.

Sementara itu, kegiatan Pesta Aksara Nusantara mengajak pengunjung untuk mencetak nama mereka dalam aksara daerah, termasuk aksara Jawa, Sunda, Batak, dan Bali. Pengunjung juga menandatangani petisi dukungan terhadap pelestarian aksara daerah sebagai bentuk partisipasi dalam menjaga identitas kebahasaan lokal.

Acaraki Jamu Festival juga mengangkat jamu sebagai warisan budaya tak benda yang telah diakui oleh UNESCO. Festival ini memperkuat posisi jamu bukan hanya sebagai produk, melainkan sebagai bagian dari filosofi hidup yang selaras dengan nilai-nilai lokal seperti kesederhanaan, keberlanjutan, dan kedekatan sosial.

Festival ini diharapkan menjadi ruang temu lintas generasi untuk merayakan warisan budaya secara inklusif, serta menginspirasi masyarakat untuk terus merawat dan menghidupkan tradisi yang mulai terpinggirkan.

Baca juga: Pemprov Jawa Tengah ajak generasi milenial minum jamu

Baca juga: Festival Kali Besar hadirkan lomba racik jamu

Baca juga: Sebanyak 200 peserta di Pontianak ikuti lomba budaya Saprahan

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |