Wujudkan kemandirian, pemerintah dorong kerja sama riset dengan swasta

5 days ago 5
Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang strategis dalam menyelesaikan permasalahan dan memperkuat kemandirian bangsa

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mendorong kerja sama riset dengan swasta dalam upaya mewujudkan kemandirian bahan baku obat nasional.

"Ketika penelitian dan ekosistem dari inovasi ini bisa dihilirkan dengan baik tentu ini akan memberikan kemanfaatan yang besar bagi kemanusiaan," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek RI Junaidi Khotib dalam kegiatan Ristek Kalbe Science Awards (RKSA) 2025 di Jakarta, Rabu malam.

Junaidi menegaskan, ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang strategis dalam menyelesaikan permasalahan dan memperkuat kemandirian bangsa, sesuai dengan Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto.

Ia menyoroti urgensi riset di bidang obat-obatan sebagai salah satu prioritas. Sebab, menurut data yang dihimpun anggaran industri farmasi untuk riset hanya berkisar antara 0,06-0,3 persen.

Baca juga: Kemendag-BRIN jalin kerja sama riset terkait hambatan nontarif

"Dengan demikian, tentu diharapkan bahwa penelitian-penelitian ini akan mampu mendukung hilirisasi dan tentu saja kemandirian bangsa ini akan bahan baku obat maupun juga alat kesehatan," ujar Junaidi.

Lebih lanjut, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar yang hadir secara daring menyebutkan kolaborasi riset dengan swasta merupakan wadah strategis untuk menjembatani hasil riset terbaik dari akademisi menuju produksi massal dan perolehan izin edar, demi meningkatkan kualitas kesehatan nasional.

"Sektor obat dan pangan di bawah pengawasan BPOM RI memiliki nilai ekonomi mencapai sekitar Rp6.000 triliun dan berkontribusi signifikan yakni sekitar 40 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional atau setara dengan Rp10.000 triliun setiap tahun," ungkapnya.

Menurut Taruna, inovasi berpusat pada perguruan tinggi yang kerap terkendala pendanaan dan infrastruktur riset. Sebaliknya sektor industri memiliki nilai ekonomi besar namun masih menghadapi tantangan minimnya inovasi karena dominasi orientasi profit jangka pendek.

Baca juga: Kemendiktisaintek dorong kampus hilirisasi riset sesuai kebutuhan

Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi guna memaksimalkan potensi nasional yang tersedia.

"Hasil riset para akademisi diharapkan tidak berhenti di jurnal, tidak berhenti di skripsi, tidak berhenti di tesis, tidak berhenti di disertasi atau sekadar disimpan di perpustakaan, tapi kita berharap hasil riset bergerak menjadi solusi nyata. Untuk itu, riset harus aplikatif dan selaras dengan kebutuhan masyarakat agar inovasi dapat diserap, dikomersialisasikan oleh pelaku usaha, dan memberikan manfaat sosial ekonomi yang luas." tutur Taruna Ikrar.

Baca juga: BRIN bidik riset berbasis kebutuhan pengusaha

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |