Wamenlu dorong sektor swasta konsisten terlibat dalam pembiayaan hijau

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Arif Havas Oegroseno mendorong sektor swasta di Indonesia untuk terus meningkatkan keterlibatannya dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara konsisten dan tetap.

Menurut Havas di Jakarta, Rabu, investasi di bidang keberlanjutan serta pembangunan hijau sudah mulai menjadi tren di kalangan perusahaan swasta Barat baik di Eropa maupun Amerika Serikat.

“Tetapi, saya amati belum banyak perusahaan Indonesia terlibat di sini. Masih belum muncul keinginan untuk membiayai proyek-proyek yang sifatnya mengurangi emisi,” kata dia dalam pernyataan kuncinya pada pertemuan Annual Members Gathering oleh Indonesia Global Compact Network (ICGN).

Havas mengingatkan bahwa peran sektor swasta amat penting dalam krisis iklim dan transisi hijau. Terlebih, pemerintah pasti akan mendorong keterlibatan sektor swasta maupun pun donor multilateral karena mereka tak bisa menanggung pembiayaannya sendirian.

Ia tak menampik banyak perusahaan swasta RI saat ini sudah mengucurkan dana yang besar untuk agenda CSR (tanggung jawab sosial korporasi) dalam proyek-proyek pembangunan berkelanjutan dan transisi hijau.

Namun, yang saat ini diharapkan dari pihak swasta adalah “pendekatan institusional secara regular”, yang berarti secara konsisten dan tetap menjadikan isu pembangunan berkelanjutan sebagai bagian integral dari kegiatan perusahaan, kata Havas.

Ia mengatakan bahwa salah satu “kelemahan struktural” dalam pendanaan hijau di Indonesia adalah kecenderungan pembiayaan dikucurkan hanya berbasis pada proyek-proyek yang berjangka pendek dan tidak transformatif untuk jangka panjang.

Di samping itu, Wamenlu juga menyoroti sektor swasta nasional yang masih belum menjadikan divisi riset dan pengembangan (R&D) mereka sebagai aspek penting dalam kegiatan bisnis mereka, seperti dengan memastikan anggaran yang mencukupi.

Sebagai perbandingan, kata dia, industri Jerman dapat menyisihkan hingga 10 persen dari anggaran perusahaan mereka untuk keperluan riset dan pengembangan.

“Ini yang saya lihat masih belum ada di industri kita. Anggaran internal mereka untuk mitigasi dampak iklim tidak banyak, kalaupun ada mungkin banyak yang dianggap sebagai CSR, yang sebenarnya tidak tepat,” kata Havas.

Baca juga: KLH dukung Program SGAC untuk pembiayaan hijau dan ekonomi sirkular

Baca juga: Bank Mandiri catat portofolio berkelanjutan capai Rp304,5 triliun

Baca juga: IIF dorong pembiayaan hijau, 22 persen portofolio ke energi terbarukan

Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |