Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Arrmanatha Nasir menyoroti pentingnya memupuk toleransi melalui dialog lintas budaya dan keyakinan di tengah perkembangan teknologi dan kecerdasan artifisial (AI) yang semakin berdampak pada interaksi antarmanusia.
“Kita harus berusaha untuk memastikan teknologi menjadi alat bagi kita memajukan toleransi,” kata Wamenlu RI dalam jamuan malam Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) oleh Institut Leimena di Jakarta, Selasa malam.
Meski teknologi semakin memudahkan komunikasi dan menghubungkan manusia di berbagai belahan dunia dalam sekejap, membangun pemahaman antar-peradaban tetap tidak bisa dilakukan dalam waktu sebentar, kata dia.
Terlebih, perkembangan teknologi saat ini membuat pengaruh AI semakin besar dalam mengolah informasi yang diterima manusia serta membentuk opini dan emosi individu.
Dalam memastikan keseimbangan antara perkembangan teknologi dan dialog antar-manusia, politik luar negeri Indonesia terus memperjuangkan perdamaian dan moderasi, salah satunya melalui partisipasi aktif dalam Aliansi Peradaban Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNAOC).
Indonesia bahkan menjadi tuan rumah Forum Global UNAOC di Bali pada 2014, yang menegaskan pentingnya dialog, toleransi, dan inklusivitas sebagai fondasi perdamaian yang berkelanjutan, kata dia.
Ia menyampaikan bahwa aliansi PBB tersebut juga terus meningkatkan kolaborasi dengan organisasi regional seperti ASEAN, serta telah mengambil langkah dalam mendorong pendidikan dan pemanfaatan teknologi untuk melawan ujaran kebencian dan meningkatkan toleransi.
Sementara, ASEAN sendiri telah memasukkan unsur dialog lintas budaya dan agama dalam Visi ASEAN 2045 yang mengakui bahwa perdamaian dimulai dari pendidikan dan sikap saling menghargai, ucap dia.
“Bagi ASEAN, keberagaman bukanlah halangan, tetapi merupakan sumber daya terbesar,” kata Arrmanatha, menambahkan.
Wamenlu meyakini bahwa dialog lintas budaya dan keagamaan seperti yang didorong Institut Leimena melalui Konferensi LKLB dapat membantu menavigasi perbedaan dengan cara-cara baik dan bijak, bukan dengan ketakutan.
Ia pun menegaskan komitmen Kemlu RI untuk terus memajukan dialog, moderasi, dan inklusivitas di tingkat global, karena perdamaian akan terwujud jika ada saling pemahaman antara umat manusia.
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































