Wamenekraf dukung karya lintas generasi lewat buku "A Kind of Magic"

3 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar menghadiri peluncuran buku "A Kind of Magic" karya Juliana Tan dalam mendukung karya kreatif lintas generasi.

Menurut Wamenekraf Irene buku fotografi itu mengandung pesan mendalam dari pengalaman personal.

"Buku ini punya misi sebagai buku fotografi yang memperkenalkan dan menyajikan jalinan visual mendalam atas kisah pribadi dari tahun 1998. Tentu pengalaman dan narasi telah dirajut sebagai representasi yang bisa dilihat lintas generasi," kata Wamenekraf Irene dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

"Saya kembali teringat seperti apa masa-masa kritis dalam sejarah Indonesia saat itu," tambahnya.

Baca juga: Wamenekraf ingin gali potensi industri seni pertunjukan Indonesia

Foto-foto yang ditampilkan pada buku yang diterbitkan penerbit independen Jordan, Jordan Edition itu seolah berfungsi sebagai portal ke lanskap temporal yang telah diubah secara permanen oleh kekuatan eksternal.

Karya buku fotografi ini mengubah narasi pribadi menjadi eksplorasi tema-tema universal yang bergema seperti perpindahan, kenangan, dan pencarian abadi untuk merebut kembali cerita kita sendiri.

Dalam buku "A Kind of Magic" itu tak hanya berisi kenangan akan masa kecil Juliana Tan. Ada juga bentuk memoar tulisan mengenai peristiwa 1998 yang berhasil dilewati dengan penuh kekuatan cinta.

"Pendekatan buku ini seperti kekuatan untuk kemanusiaan. Kolaborasi yang dibentuk melalui buku ini menyadarkan bahwa masing-masing diri punya hati dan hal yang paling penting yaitu dengan cinta jadi bisa menyatukan kita semua," ujar Wamenekraf Irene dalam acara pelucuran buku tersebut di MET Glodok, Jakarta pada Sabtu, (17/5).

Baca juga: Wamenekraf ingin karya penulis lokal tembus pasar Timur Tengah

Proyek buku "A Kind of Magic" dikerjakan lebih dari 10 tahun. Dalam buku fotografi ini juga terdapat tulisan esai yang ditulis 3 perempuan, Sylvie Tanaga, Metta Setiandi, dan Charlene Kayla Roeslie. Karya esai tersebut juga diterjemahkan dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Indonesia.

Juliana Tan menyampaikan bahwa buku "A Kind of Magic" adalah reformasi masa kecilnya dari rumah dan identitas.

"Buku ini tentang membangun kembali otak dan masa kecil saya melalui imajinasi dan yang terekam memori. Apalagi kita semua memiliki ingatan tentang apa yang telah terjadi selama tahun 1998 waktu itu. Maka, dari hal yang paling pribadi, kita akan menemukan kebenaran universal sebagai manusia," ungkap Juliana Tan.

Sementara itu, salah satu penulis esai dan seniman multidisiplin yang suka eksplorasi antropologi sosial, Metta Setiandi mengatakan bahwa buku "A Kind of Magic" tak hanya menjadi bagian dari memori kolektif, tetapi sebagai bentuk karya yang lebih berani untuk melihat kembali hal-hal yang telah membekas dalam hidup lintas generasi.

"Ini bukan cuma sebagai memori kolektif, tapi juga menjadi catatan penting seperti apa yang terjadi tahun 98. Ini menjadi sesuatu yang perlu ditulis dan perlu disuarakan terus dengan penuh keberanian," kata Metta.

"Generasi masa kini harus berani menyuarakannya. Ini bukan buku foto biasa atau pengalaman personal, tetapi sebuah warisan untuk nostalgia bagi generasi sebelumnya dan yang berikutnya," lanjutnya.

Baca juga: Wamenekraf dorong perlindungan HaKI pelaku ekraf PICA FEST

Baca juga: Wamenekraf harap Jakarta Future Festival jadi ruang kreativitas

Baca juga: Wamenekraf dorong ekraf daerah di Panen Raya AEWO Bogor

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |