Wamen Investasi: Hilirisasi batu bara jadi metanol guna dukung biofuel

3 hours ago 2
Ada beberapa korporasi nasional kita yang sedang mengembangkan produk metanol dari batu bara

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu membidik hilirisasi batu bara menjadi metanol guna mendukung rencana pemerintah mengimplementasikan program biofuel atau bahan bakar ramah lingkungan.

“Ada beberapa korporasi nasional kita yang sedang mengembangkan produk metanol dari batu bara,” ucap Todotua dalam Mining Forum dengan tema, “Industri Tambang di Tengah Target Pertumbuhan Ekonomi 8 persen dan Gejolak Dunia”, digelar di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, metanol dapat mendukung pengimplementasian program biofuel atau bahan bakar ramah lingkungan.

Todotua merujuk pada program biodiesel yang dikepalai oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ketika mengimplementasikan biodiesel 35 (B35), pemerintah masih mengimpor sekitar 1,8 juta ton metanol.

Lebih lanjut, pada Januari 2025, Kementerian ESDM menaikkan standar dari B35 menjadi B40. Berdasarkan perhitungannya, Todotua mengatakan impor metanol untuk pengimplementasian program biodiesel tersebut bisa mencapai 2,3 juta–2,5 juta ton.

“Sedangkan, metanol ini salah satu bahan yang dipakai untuk mengolah produk yang namanya biofuel. Tentunya ini yang dilihat pemerintah ke depannya, bagaimana kami bisa mengkomprehensifkan tata kelola sumber daya alam yang kita miliki,” ucap dia.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah memberi arahan langsung untuk mendorong penggunaan B50 pada 2026 guna menciptakan kedaulatan energi.

Ia optimistis implementasi B50 di 2026 dapat meningkatkan cadangan energi Indonesia, yang selaras dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan energi domestik secara mandiri.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Yuliot Tanjung menyampaikan bahwa Indonesia masih membutuhkan sekitar 2 juta ton metanol untuk mengimplementasikan program biodiesel 50 (B50) pada 2026.

Yuliot menyampaikan bahwa ketersediaan metanol dalam negeri masih terbatas. Untuk mengimplementasikan B50, Indonesia membutuhkan sekitar 2,3 juta ton metanol, sedangkan produksi dalam negeri baru sekitar 300 ribu ton.

“Berarti, 2 juta ton masih impor. Jadi, kami lagi mendorong ini PSN bioetanol yang ada di Bojonegoro. Itu yang lagi kami kejar,” kata Yuliot di Jakarta, Jumat (14/3).

Baca juga: Wamen Investasi sebut Danantara biayai DME untuk kurangi impor LPG

Baca juga: Wamen Investasi paparkan potensi hilirisasi batu bara Rp523,67 triliun

Baca juga: Pemerintah konsisten jalankan program membantu pemulihan "trust" pasar

Baca juga: Wamen paparkan manfaat seluruh BUMN terkonsolidasi dalam Danantara

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |