Solo (ANTARA) - Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa meminta masyarakat menjaga kerukunan umat beragama menyusul munculnya polemik festival kuliner nonhalal di salah satu pusat perbelanjaan di Solo, Jawa Tengah, Rabu.
"Kita ini kan masyarakat yang majemuk. Jadi mungkinkah ada masjid dan gereja terus yang Jum'atan keliru masuk gereja, kan nggak mungkin," katanya.
Sama dengan di festival kuliner tersebut, menurut dia stan untuk makanan halal dan nonhalal tidak mungkin tercampur.
"Itu dibedakan, pintu masuk juga beda untuk kuliner halal dan nonhalal," katanya.
Oleh karena itu, terkait dengan pelaksanaan festival makanan nonhalal pada Festival Kuliner Cap Go Meh tersebut tetap terlaksana.
"Karena Pak Kapolresta tetap jalan kami tetap back up, kami bukan melawan agama, namun kita kan nggak bisa menghindari hal-hal seperti itu," katanya.
Baca juga: Festival makanan nonhalal di Solo kembali dibuka
Baca juga: Gibran pastikan festival kuliner nonhalal tak ganggu toleransi
Sebelumnya, gelaran festival kuliner nonhalal di Kota Solo kembali mendapat penolakan dari sejumlah ormas, salah satunya Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS).
Perwakilan Humas LUIS Endro Sudarsono mengatakan pihaknya sudah sempat bertemu dengan perwakilan Pemerintah Kota Surakarta, yakni Satpol PP mengenai penolakan tersebut.
“Terkait penolakan festival kuliner nonhalal di Solo, LUIS melakukan koordinasi dengan Satpol PP dan Polresta Surakarta. Dalam agama Islam ada ajaran yang sifatnya perintah dan larangan, ada halal dan haram," katanya.
Ia mengatakan mengenai yang haram mencakup banyak hal, di antaranya makanan dan perbuatan.
"Yang termasuk kategori haram adalah zina, pernikahan sejenis, minuman keras, makan babi, maupun narkoba. Yang haram diperintahkan untuk ditinggalkan. Untuk itu ketika yang haram kemudian difestivalkan, divulgarkan maka tidak menutup kemungkinan yang haram lainnya juga akan difestivalkan," katanya.
Oleh karena itu, ia mengusulkan agar festival kuliner nonhalal digelar di tempat tertutup.
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025