Jakarta (ANTARA) - Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera mengatakan bahwa hasil Konferensi Ke-19 Uni Parlemen Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam atau Parliamentary Union of the OIC (PUIC) terkait konflik India-Pakistan ialah kesepakatan agar tidak adanya tindakan eskalatif kedua belah pihak.
"Kami berharap tidak ada tindakan-tindakan emosional, kami berharap tidak ada tindakan-tindakan yang eskalatif. Itu yang menjadi kesepakatan kita di PUIC," kata Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.
Dia menuturkan bahwa dalam forum tersebut delegasi parlemen Pakistan mengangkat isu mengenai serangan yang dilancarkan India ke wilayahnya.
Namun, dia menekankan bahwa PUIC mengedepankan penyelesaian secara damai melalui jalur diplomasi guna menyelesaikan konflik dua negara bersengketa tersebut.
"Kami di PUIC mengatakan seburuk apa pun kondisi maka penyelesaian perdamaian dengan diplomasi itu yang paling baik. Itu yang kita dorong, platform diplomasi, platform perdamaian," tuturnya.
Mardani lantas mengingatkan bahwa konflik besar dua negara sedianya dapat bermula dari kasus-kasus kecil yang terus terjadi, misalnya aksi terorisme.
"Terorisme itu kecil sekali, tapi ada satu penulis Yuval Noah Harari itu mengatakan dia (terorisme) seperti lalat, lalat ini enggak ada guna, tapi ada satu bull, bull itu banteng, diganggu terus, lalatnya masuk hidung, masuk hidung. Akhirnya, bull-nya ini ngamuk, semua yang ada di depan diseruduk," ujarnya.
Terakhir, dia pun menyambut baik kesepakatan gencatan senjata yang berhasil dicapai antara India dengan Pakistan pada Sabtu (10/5).
Sementara itu, Menteri Hukum dan Keadilan Pakistan Aqeel Malik mengatakan bahwa pihaknya tidak bertindak sebagai agresor yang memicu pecahnya konflik dengan India, melainkan hanya mengambil tindakan membela diri.
"Apa yang kami lakukan hanyalah tindakan bela diri, bukan sebagai pihak yang memulai konflik. Jadi, kami bukan agresor," kata Aqeel di sela-sela acara Konferensi Ke-19 PUIC, Gedung DPR RI, Jakarta.
Dia pun mengapresiasi dan berterima kasih atas dukungan negara-negara muslim terhadap penyelesaian konflik antara Pakistan dengan India, tak terkecuali dengan tercapainya gencatan senjata dengan India pada Sabtu (10/5) dan Deklarasi Jakarta yang dihasilkan Konferensi Ke-19 PUIC.
"Dalam Deklarasi Jakarta yang diumumkan hari ini bahwa sikap kami terhadap Kashmir dan Palestina adalah serupa, mereka berhak menentukan nasib sendiri sesuai dengan keinginan rakyatnya," katanya.
Dia juga menyerukan persatuan umat muslim untuk mendukung negaranya dalam menghadapi agresi yang berpotensi mengganggu stabilitas dan keamanan kawasan.
Diketahui, Konferensi Ke-19 PUIC menghasilkan Deklarasi Jakarta yang terdiri dari 17 butir pernyataan atau rekomendasi, termasuk di dalamnya terkait konflik India-Pakistan.
"Kesepuluh, menyambut baik respons Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terhadap gencatan senjata antara Republik Islam Pakistan dan Republik India," kata Mardani saat membacakan isi Deklarasi Jakarta dalam sesi penutupan Konferensi Ke-19 PUIC di Gedung DPR RI, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.
Selain itu, menyerukan kepada komunitas internasional untuk meningkatkan upaya dan mendorong kedua negara menyelesaikan seluruh isu yang belum terselesaikan, termasuk sengketa Jammu dan Kashmir sesuai dengan aspirasi rakyat Jammu dan Kashmir melalui cara damai sebagaimana tercantum dalam resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bansa (PBB).
Kemudian, kedua negara agar menahan diri secara maksimal dan menghindari tindakan yang dapat mengganggu stabilitas kawasan, serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam OKI, Piagam PBB, dan hukum internasional.
"Khususnya, mengenai penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah negara, serta perlindungan terhadap warga sipil dan fasilitas sipil termasuk tempat ibadah," katanya.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025