UNIB-UGM bangun instalasi biogas di Pulau Enggano

1 month ago 19
Kami punya ide untuk membuat instalasi biogas karena di sana sapi banyak, ternak banyak, kotoran sapinya bisa dipakai untuk bahan baku biogas

Bengkulu (ANTARA) - Universitas Bengkulu bersama UGM segera membangun instalasi biogas di pulau terluar Indonesia di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu.

"Menurut informasi yang kami terima, harga elpiji nonsubsidi di Enggano itu jauh lebih mahal dibandingkan di Kota Bengkulu (atau wilayah Bengkulu yang berada di daratan Pulau Sumatera), oleh karena itu kami akan bangun instalasi biogas di Enggano," kata Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Mochamad Lutfi Firdaus di Bengkulu, Jumat.

Dia mengatakan program tersebut akan disertakan dalam pengabdian masyarakat Universitas Bengkulu dan UGM yakni kuliah kerja nyata (KKN) yang digelar pada pertengahan 2025.

"Kami punya ide untuk membuat instalasi biogas karena di sana sapi banyak, ternak banyak, kotoran sapinya bisa dipakai untuk bahan baku biogas. Insya Allah pada kegiatan kuliah kerja nyata berikutnya kami akan membuat instalasi biogas," kata dia.

Baca juga: Dishub Mataram siap himpun kotoran kuda untuk diolah jadi biogas

Dengan kehadiran program biogas tersebut, menurut dia masyarakat diharapkan mendapatkan pilihan energi yang dapat dimanfaatkan dengan biaya lebih terjangkau.

Tidak hanya biogas, Universitas Bengkulu juga sudah membangun listrik tenaga surya di Enggano sebagai upaya pemenuhan kecukupan energi di pulau terluar yang berada di tengah-tengah Samudera Hindia itu.

"Selain biogas, dari tenaga surya kemarin sudah dilakukan (pembangunan) oleh kawan-kawan dari Fakultas Pertanian, Teknik dan MIPA Universitas Bengkulu," kata Lutfi.

Pulau Enggano dari Kota Bengkulu berjarak sekitar 156 km atau 90 mil laut. Untuk mencapai ke pulau terluar Indonesia tersebut, penumpang bisa menggunakan jenis transportasi laut atau udara.

Berlayar ke Pulau Enggano membutuhkan waktu tempuh selama 12 jam atau ketika cuaca buruk bisa mencapai 18 jam perjalanan, sementara menggunakan pesawat perintis membutuhkan waktu sekitar 35 menit. Kedua transportasi ini tidak beroperasi setiap hari, hanya 2 kali dalam seminggu.

Baca juga: Mukomuko perlu bangun kawasan ternak dan UPPO Biogas

Baca juga: BRIN kembangkan teknologi pengolahan sampah makanan berbasis biogas

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article
Rakyat news | | | |