Moskow (ANTARA) - Sekitar 250 juta orang telah terpaksa mengungsi akibat bencana iklim dalam 10 tahun terakhir, yang artinya lebih dari 67.000 orang setiap hari terpaksa meninggalkan rumahnya, menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).
"Dalam satu dekade terakhir bencana yang terkait cuaca telah menyebabkan sekitar 250 juta pengungsi internal — setara dengan lebih dari 67.000 perpindahan setiap hari. Jumlah ini naik 10 persen dibanding rata-rata selama sepuluh tahun hingga akhir 2023," kata UNHCR melalui pernyataan, Senin.
Disebutkan bahwa lokasi kamp pengungsian berada di wilayah yang sudah mengalami kondisi cuaca ekstrem atau akan mengalaminya dalam waktu dekat.
"Pada 2050, 15 kamp pengungsi terpanas di dunia — yang berada di Gambia, Eritrea, Ethiopia, Senegal, dan Mali — diprediksikan bakal menghadapi hampir 200 hari atau lebih tekanan panas berbahaya setiap tahunnya," demikian laporan tersebut.
Menurut UNHCR, banyak dari lokasi tersebut yang akan menjadi tidak layak huni akibat perpaduan mematikan antara panas ekstrem dan kelembapan tinggi.
Selain itu, pada 2040 jumlah negara yang menghadapi bahaya iklim ekstrem kemungkinan meningkat dari 3 menjadi 65 negara, katanya.
UNHCR juga menyebutkan bahwa hingga pertengahan 2025, sebanyak 117 juta orang lainnya telah mengungsi akibat konflik bersenjata.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Kurang dana, UNHCR setop relokasi pengungsi dari Chad, Sudan Selatan
Baca juga: Anggaran pengungsi dipangkas, UNHCR kurangi progam bantuan
Baca juga: UNHCR: 4,8 Juta Warga Yaman Mengungsi Akibat Krisis Tempat Penampungan
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































