Banjarmasin (ANTARA) - Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sebagai perguruan tinggi negeri (PTN) Unggul di Kalimantan Selatan membangun kolaborasi internasional delapan negara untuk melakukan riset bersama tentang ekosistem mangrove di tanah Borneo.
"Kesepakatan riset bersama ini kami wujudkan dalam penyelenggaraan 2nd KUUB Postgraduates by Research Colloquium (KPRC) dan The 6th International Conference on Chemical Engineering and Applied Science (ICChEAS) 2025," kata Rektor ULM Prof Ahmad Alim Bachri usai membuka konferensi internasional itu di Banjarmasin, Rabu.
Konferensi itu dirangkai dengan workshop internasional bertema “Mangrove Borneo: Hubungan Keanekaragaman Hayati, Masa Depan Berkelanjutan, dan Penyerapan Karbon”.
Digelar secara hybrid, kegiatan ini mempertemukan lebih dari 450 peserta dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Jepang, Brunei Darussalam, Prancis, Malaysia, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Australia yang berlangsung dari 15 sampai 18 Oktober 2025.
Prof Alim menyatakan melalui forum itu ULM mengukuhkan perannya sebagai pusat kolaborasi riset internasional dalam menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove dan mitigasi perubahan iklim.
Dia menyebut universitas memiliki tanggung jawab besar untuk menghasilkan pengetahuan yang tidak hanya memajukan ilmu pengetahuan, tetapi juga membuatnya bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Baca juga: Ilmuwan soroti potensi konservasi mangrove untuk nilai karbon biru
Baca juga: Kaltim perkuat kapasitas daerah implementasikan proyek karbon biru
“Melalui penelitian bersama, pertukaran akademis, dan semangat KUUB dan ICChEAS, saya yakin kita dapat berkontribusi secara bermakna bagi masa depan yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.
Dia menegaskan pula posisi ULM sebagai World Class University yang berkomitmen pada riset strategis, inovasi hijau, dan pelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal.
Kegiatan dibuka dengan workshop internasional bertema “Blue Forests and Circular Solutions” yang menghadirkan narasumber dari berbagai universitas dan lembaga internasional.
Keesokan hari, Kamis (16/10), kegiatan dilanjutkan dengan konferensi internasional dengan topik “Borneo’s Mangroves: A Nexus of Biodiversity, Sustainable Futures, and Carbon Sequestration”, membahas pentingnya integrasi riset dan kebijakan dalam pelestarian hutan mangrove.
Rektor ULM Prof Ahmad Alim Bachri bersama Prof Timothy Roberts Killgour guru besar di Universitas New Castle, Australia yang turut membantu ULM dan SBI mendirikan Stasiun Riset Bekantan dan ekosistem lahan basah di Pulau Curiak. ANTARA/FirmanPewarta: Firman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































