Jakarta (ANTARA) - Universitas Indonesia bersama Kelompok Kerja Bina Sehat (KKBS) berkolaborasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Banyuwangi untuk meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV/AIDS melalui penguatan peran kader Pemantauan Minum Obat (PMO).
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, Direktur Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Agung Waluyo mengatakan, keberlanjutan konsumsi obat antiretroviral (ARV) sangat penting untuk menekan replikasi virus dan menjaga kesehatan ODHA.
“Peran kader PMO sangat vital, tidak hanya untuk memastikan kepatuhan pengobatan, tetapi juga membangun hubungan kepercayaan dengan ODHA agar mereka termotivasi menjalani pengobatan jangka panjang,” ujar Agung.
Selain itu, dia menilai pentingnya memberikan informasi yang benar dan pendekatan yang empatik bagi para kader, agar mereka dapat membangun kesadaran masyarakat tentang HIV dan AIDS.
"Dengan berkurangnya stigma, ODHA akan merasa lebih diterima," katanya.
Baca juga: Apoteker: Cegah replikasi virus dengan minum ARV tepat waktu bagi ODHA
Baca juga: Ahli gizi: ODHA sebaiknya hindari makanan mentah untuk cegah risiko IO
Dalam keterangan yang sama, Dosen Ilmu Keperawatan UI Ns. Anggi Noorana Zahra yang membina kegiatan pengabdian masyarakat itu mengatakan, pemberdayaan kader PMO adalah langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan pengobatan ODHA.
“Kader tidak hanya menjadi pengawas dalam kepatuhan minum obat, tetapi juga menjadi jembatan komunikasi antara ODHA dan tenaga kesehatan. Dengan pendekatan ini, kita berharap ODHA merasa lebih didukung secara personal,” ujar Anggi.
Menurutnya, selain pelatihan pelatihan teknis, kegiatan ini juga menekankan pentingnya dukungan emosional dan sosial yang diberikan kader PMO kepada ODHA.
Sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat, menurut Anggi, kegiatan ini tidak hanya memberikan edukasi bagi kader, tetapi juga menjadi titik awal pengembangan model pendampingan ODHA yang dapat diterapkan di daerah lain.
“Kami berharap kegiatan ini mampu menciptakan kader-kader yang lebih percaya diri dalam mendampingi ODHA, sekaligus membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya peran komunitas dalam pengobatan HIV/AIDS,” ujarnya.
Melalui kolaborasi dengan KKBS, Bappeda Banyuwangi, dan sejumlah Puskesmas di wilayah Banyuwangi, katanya, program ini berhasil menciptakan forum diskusi interaktif antara tenaga kesehatan, kader, dan komunitas.
Baca juga: Antropolog UI: Pemerintah perlu lindungi hak pendidikan ODHA
Baca juga: Kemensos berikan pelatihan keterampilan bagi ODHA di Kebumen
Seorang kader PMO Ramdan mengungkapkan bahwa pelatihan ini memberinya pemahaman baru tentang pentingnya peran kader dalam pendampingan ODHA.
“Selama ini saya hanya fokus memastikan ODHA meminum obat tepat waktu. Tapi di pelatihan ini, saya belajar bahwa saya juga harus bisa menjadi pendukung emosional. Saya merasa lebih percaya diri untuk berinteraksi dengan ODHA setelah mendapatkan pengetahuan dan strategi yang diajarkan,” kata Ramdan.
Para peserta, yang terdiri dari kader PMO dan tenaga kesehatan, menyampaikan apresiasi terhadap pelatihan ini. Salah satu kader PMO dari Banyuwangi, Novan, menyebut bahwa pelatihan ini memberikan banyak wawasan baru yang dapat diaplikasikan dalam keseharian.
“Sebagai kader, saya jadi lebih paham pentingnya peran saya dalam mendampingi ODHA, bukan hanya untuk memastikan mereka minum obat, tapi juga untuk memberikan dukungan moral. Saya merasa lebih percaya diri setelah mengikuti pelatihan ini,” ujar Novan.
Baca juga: Melawan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA
Baca juga: PB IDI anjurkan Indonesia adakan hari tes HIV Nasional
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024