Istanbul (ANTARA) - Presiden AS Donald Trump, Kamis (3/7) mengumumkan bahwa ia akan mengirimkan surat kepada sejumlah negara untuk memberitahukan besaran tarif yang harus dibayarkan, yang kemungkinan akan dimulai pada Jumat, menjelang tenggat waktu tarif pada 9 Juli.
Trump menjelaskan bahwa dalam surat tersebut akan tercantum tarif yang harus dibayar oleh masing-masing negara, seperti “20 persen, 25 persen, atau 30 persen.”
“Seperti yang Anda tahu, ada lebih dari 170 negara, dan berapa banyak kesepakatan yang bisa dibuat? Kita bisa membuat kesepakatan yang bagus, tapi itu jauh lebih rumit,” kata Trump kepada wartawan.
“Saya lebih suka mengirim surat yang mengatakan: ini jumlah yang harus Anda bayar,” lanjutnya.
Presiden mengatakan banyak negara menginginkan perjanjian yang spesifik dan penuh dengan berbagai klausul, namun ia lebih memilih pendekatan yang sederhana.
Ia menambahkan bahwa Washington kemungkinan akan mulai mengirim surat pada Jumat, mungkin sekitar 10 surat per hari.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam wawancara dengan CNBC, Kamis, memperingatkan bahwa “banyak negara harus berhati-hati” dan tidak menunda negosiasi perdagangan.
Bessent kembali mengingatkan bahwa negara-negara yang sedang bernegosiasi bisa dikenai tarif seperti pada 2 April jika mereka tidak “berhati-hati” dalam perundingan.
Pada awal April, AS memberlakukan tarif “resiprokal” kepada sebagian besar negara, namun kemudian menangguhkannya pada 9 April selama 90 hari.
Sejumlah negosiasi tarif masih berlangsung seiring banyak negara berupaya mendapatkan kesepakatan perdagangan yang lebih baik dengan ekonomi terbesar dunia itu.
Trump juga menegaskan bahwa ia tidak berencana memperpanjang tenggat waktu 9 Juli.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Trump tidak berencana perpanjang penundaan tarif
Baca juga: Trump akan kirim surat soal ketentuan dagang baru ke ratusan negara
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.