Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI hingga saat ini telah menyediakan tim kegawatdaruratan ibu dan bayi di 44 puskesmas dan 31 rumah sakit umum daerah (RSUD) sebagai pelayanan kesehatan.
"Kami memiliki pasukan putih yang salah satunya juga memonitor kesehatan anak dan ibu hamil dengan risiko tinggi," kata Gubernur DKI Pramono Anung di Jakarta, Sabtu.
Pramono mengatakan itu dalam HealthConEX 2025 di Westin Hotel, Setiabudi, Jakarta Selatan yang bertemakan "Strengthening Health Outcomes for Women & Children”, dengan tujuan menguatkan upaya layanan Kesehatan Ibu, dan Anak (KIA) di Indonesia, khususnya di Jakarta.
Selain itu, dia menambahkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI juga memiliki layanan kesehatan telekonseling 24 Jam Jak-Care dengan sasaran kesehatan kejiwaan pada anak usia remaja.
"Serta layanan Jak-Ambulance yang dapat membantu kebutuhan pemeriksaan awal dan transportasi ambulans bagi kesehatan ibu dan anak," ujarnya.
Baca juga: Layanan preventif jadi tren layanan kesehatan di RSIA Bunda Jakarta
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah memiliki Smart Posyandu yang menjadi inovasi digitalisasi untuk pencatatan dan pelaporan kesehatan bayi dan balita melalui Jak-Antro.
Kemudian, tersedia juga layanan skrining anemia bagi semua remaja putri serta kesehatan calon pengantin.
Menurutnya, Pemprov DKI Jakarta telah menyesuaikan strata layanan prioritas KIA di berbagai RSUD sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI.
"Sehingga, kami memiliki fokus pada penguatan sistem pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir berbasis kompetensi dan teknologi untuk percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, urusan KIA sangat erat kaitannya dengan peran ibu sebagai kekuatan dalam keluarga.
Baca juga: Pemkot Jakut dukung Kesejahteraan Ibu dan Anak di lingkup pekerjaan
Namun, ia tak memungkiri masih banyak yang perlu diperbaiki demi menyongsong generasi emas 2045.
"Oleh karena itu, kami melakukan berbagai upaya agar masalah KIA ini jadi urusan kita bersama. Isu ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, karena butuh kolaborasi dari berbagai pihak," kata Dante.
Masih rendah
Data yang dihimpun ANTARA menyebutkan, hingga 2024, angka kematian ibu dan bayi di DKI Jakarta tergolong rendah dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Februari 2024, angka kematian ibu di DKI Jakarta adalah 48 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini merupakan yang terendah di Indonesia, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 189 per 100.000 kelahiran hidup.
Baca juga: Ibu dan anak bisa manfaatkan fasilitas baca buku Pemkot Jakbar
Sedangkan data BPS pada 2020, angka kematian bayi di DKI Jakarta adalah 10,38 per 1.000 kelahiran hidup.
Meskipun angka ini lebih tinggi dibandingkan angka kematian anak (usia di bawah lima tahun) yang tercatat sebesar 1,64 per 1.000 kelahiran hidup, namun secara keseluruhan, DKI Jakarta tetap menjadi salah satu provinsi dengan angka kematian bayi dan anak terendah di Indonesia.
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025