Tantangan ekonomi global hambat pembayaran devisa hasil ekspor

2 months ago 18
Urusan DHE misalkan, ternyata pembayaran pihak pembeli di luar negeri kepada eksportir kita mengalami penundaan...,

Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan, tantangan perekonomian global saat ini turut berdampak terhadap penundaan pembayaran Devisa Hasil Ekspor (DHE).

“Urusan DHE misalkan, ternyata pembayaran pihak pembeli di luar negeri kepada eksportir kita mengalami penundaan. Saya baca detail tadi pagi, diskusi panjang dengan BI (Bank Indonesia), dengan teman-teman Kementerian Keuangan, Bea Cukai, confirmed betul,” ujar Susi, sapaan akrabnya dalam acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2025 di Jakarta, Selasa.

Susi menilai, siklus ekspor memang tidak pendek, namun keterlambatan pembayaran ini membuat aliran DHE ke dalam negeri menjadi kurang optimal. Hal ini, menurutnya, menjadi catatan penting karena bakal berdampak pada ekonomi Indonesia.

Selain itu, dia menyoroti bahwa perubahan iklim ekonomi global tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan perdagangan, tetapi juga mengubah perilaku para pelaku ekonomi internasional.

Baca juga: Pemerintah: Kesepakatan tarif 19 persen selamatkan industri tekstil RI

“Artinya, perubahan global yang selama ini kita bayangkan, ekonomi terpengaruh, sektor perdagangan terpengaruh, semuanya (terpengaruh), ternyata perilaku para aktor global juga berubah semuanya,” jelas dia.

Tantangan global yang ia maksud saat ini tak lepas dari kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump.

Kebijakan tersebut memberi efek lanjutan terhadap rantai pasok global, biaya logistik, hingga ketidakpastian perdagangan internasional.

Adapun sejumlah lembaga internasional terus merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia.

Baca juga: Sri Mulyani sebut aliran modal masuk hingga DHE bikin rupiah menguat

Bank Dunia dalam laporan Juni 2025 memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya sebesar 2,9 persen (berdasarkan PPP), turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,2 persen.

Sementara OECD juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global dari 3,1 persen menjadi 2,9 persen pada tahun yang sama.

Lebih lanjut, sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa aliran DHE dari sektor sumber daya alam (SDA) yang masuk ke rekening khusus (reksus) mencapai 22,9 miliar dolar AS selama Maret-April 2025.

Dari total DHE SDA tersebut, 7,6 miliar dolar AS masih disimpan dalam bentuk valuta asing (valas), sementara 14,4 miliar dolar AS telah digunakan oleh eksportir.

Baca juga: BI catat DHE SDA yang masuk ke reksus capai 22,9 miliar dolar AS

Dari jumlah yang digunakan, 12 miliar dolar AS telah dikonversi ke rupiah sehingga membantu menambah pasokan valas domestik.

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |