Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir menginginkan agar pengurus cabang olahraga (cabor) lebih terbuka menyampaikan target perolehan medali emas di SEA Games 2025 setelah mendapat informasi bahwa target medali mencapai 120 emas.
"Kami dorong untuk cabor-cabor lebih terbuka, enggak boleh ada dusta di antara kita," kata Erick Thohir kepada awak media di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan berdasarkan informasi yang diterima dari jajarannya, target jumlah medali emas yang disampaikan oleh para pengurus cabang olahraga secara total mencapai 120 emas.
Baca juga: Kemenpora pastikan penentuan target medali SEA Games berbasiskan data
Target tersebut, kata dia, berbeda dengan perhitungannya terkait potensi emas yang bisa diraih di Thailand mencapai kurang lebih 82 emas.
Oleh sebab itu, Menpora meminta setiap pengurus federasi olahraga agar lebih terbuka dalam menyampaikan target mereka secara realistis.
"Lebih baik kita jujur, terbuka kepada masyarakat dibandingkan kita memberikan sesuatu harapan yang terlalu tinggi," katanya.
Menpora kembali menyinggung terkait target Indonesia pada ajang SEA Games kali ini yaitu meraih peringkat ketiga. Untuk mencapai target itu, kata dia, jumlah medali yang harus direbut minimal 82 emas hingga 90 emas.
Baca juga: Skuad bulu tangkis untuk SEA Games berubah, sertakan atlet terbaik
Perhitungan jumlah medali dan peringkat tersebut, kata dia, sama seperti SEA Games sebelumnya sehingga pihaknya masih terus menggali potensi emas yang bisa diraih untuk mencapai target tersebut.
Saat ini, tim review yang terdiri atas para pakar, praktisi olahraga, perwakilan Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), dan Kemenpora masih menganalisis potensi perolehan medali setelah menjalani tahapan review terhadap semua federasi.
"Mudah-mudahan mungkin minggu ini atau minggu depan kalau sudah konkret kebijakannya nanti kita umumkan," katanya.
Baca juga: PBVSI umumkan 14 atlet voli putra untuk SEA Games 2025
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
