Sering dibahas di medsos, apa itu "reverse psychology:?

1 week ago 11

Jakarta (ANTARA) - Belakangan ini, istilah reverse psychology ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak warganet yang mulai menyadari bahwa ada cara halus namun efektif untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu tanpa harus memintanya secara langsung.

Sering kali kita menemui situasi di mana seseorang justru terdorong untuk melakukan hal yang dilarang atau disarankan untuk tidak dilakukan. Fenomena seperti ini sebenarnya bukan kebetulan, melainkan merupakan bagian dari mekanisme psikologis yang dikenal dengan istilah reverse psychology. Teknik ini memanfaatkan kecenderungan alami manusia untuk menanggapi larangan atau perintah dengan cara yang berlawanan, menciptakan efek yang terkadang tak terduga.

Di balik kesederhanaannya, reverse psychology memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi keputusan dan perilaku, baik dalam konteks sosial maupun profesional. Namun meskipun sering digunakan, banyak orang yang mungkin belum menyadari seberapa sering trik ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Apa itu reverse psychology?

Reverse psychology adalah strategi yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan keinginan kita, tanpa harus memintanya secara langsung. Caranya adalah dengan menyampaikan hal yang seolah-olah berlawanan dari apa yang sebenarnya kita harapkan.

Contohnya, ketika seseorang mengatakan, “Anda pasti tidak akan bisa mengerjakan hal itu” dengan harapan Anda justru akan termotivasi untuk membuktikan bahwa Anda mampu.

Dalam istilah psikologi, teknik ini dikenal juga sebagai strategic self-anticonformity yakni ketika seseorang menyampaikan sesuatu yang bertolak belakang dengan keinginannya yang sebenarnya, demi mendapatkan reaksi yang diharapkan dari orang lain.

Penelitian pada 2010 menunjukkan bahwa teknik ini cukup efektif untuk membujuk orang lain dan bahkan bisa menumbuhkan rasa percaya diri atau keyakinan di antara pihak yang terlibat.

Namun, bagi pihak yang menjadi sasaran, reverse psychology bisa memicu reaksi emosional yang disebut reactance yaitu dorongan untuk melawan pengaruh orang lain demi mempertahankan kebebasan atau kendali diri. Yang menarik, walau merasa sedang melawan, kita justru berakhir melakukan hal yang diinginkan oleh orang tersebut.

Contoh reverse psychology dalam kehidupan sehari-hari

Teknik ini kerap digunakan dalam berbagai situasi tanpa disadari, mulai dari parenting, hubungan romantis, hingga strategi pemasaran. Beberapa contohnya:

1. Dalam penjualan dan marketing, sales mungkin memulai dengan penawaran harga tinggi untuk memancing calon pembeli agar menawar harga yang sebenarnya lebih diinginkan si penjual.

2. Dalam pengasuhan anak, orang tua bisa saja berkata, “Sudahlah, tidak usah dibereskan mainannya, nanti juga makin berantakan” padahal sebenarnya berharap anaknya akan merasa tertantang dan akhirnya merapikan mainan.

3. Dalam hubungan cinta, pasangan bisa berkata, “Kayaknya Anda sibuk deh, pasti tidak akan sempat bantu bereskan garasi” dengan harapan pasangannya justru akan melakukannya demi membuktikan perhatian.

Tanda-tanda seseorang sedang menggunakan reverse psychology

Meskipun kadang sulit dikenali, ada beberapa sinyal bahwa seseorang sedang mencoba menggunakan teknik ini:

  • Mereka sengaja menyampaikan komentar negatif yang tampak ingin memancing reaksi dari Anda.
  • Anda merasa mereka menginginkan sesuatu, tapi tidak mengatakannya secara langsung.
  • Mereka terus-menerus mengulangi satu ide atau sikap, hingga membuat Anda ingin melakukan hal sebaliknya.
  • Mereka akan lebih diuntungkan jika Anda justru melakukan kebalikan dari apa yang mereka sarankan.
  • Apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan preferensi atau perilaku mereka sebelumnya.

Meskipun reverse psychology bisa efektif, penggunaannya yang tidak tepat justru bisa menimbulkan dampak negatif, terutama bagi anak-anak atau seseorang dengan low self-esteem. Jika terasa seperti manipulasi terselubung, strategi ini bisa memicu ketidakpercayaan dan merusak hubungan yang dibangun.


Baca juga: Kenali 4 jenis temperamen, Anda termasuk yang mana?

Baca juga: Apa itu Art Therapy? ini penjelasan dan manfaatnya

Baca juga: Bahaya "toxic productivity" untuk kesehatan mental

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |