Sekjen PBB sampaikan laporan pencapaian transisi energi bersih

1 month ago 19

Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyampaikan laporan pencapaian upaya transisi mewujudkan energi yang bersih.

"Laporan ini menunjukkan kemajuan besar sejak Persetujuan Paris memicu revolusi energi bersih, dan manfaat besar – serta langkah-langkah yang perlu diambil – untuk mempercepat transisi yang adil secara global," kata Guterres, dalam teks pidato yang disampaikan Perwakilan PBB di Indonesia, Jakarta, Rabu.

Laporan khusus yang disusun bersama lembaga-lembaga PBB dan mitra - IEA, IMF, IRENA, OECD, dan Bank Dunia tersebut dia sampaikan dalam pidato berjudul "A Moment of Opportunity: Supercharging the New Energy Era" di Markas Besar PBB di New York pada Selasa.

Dalam pidatonya itu, Guterres menyampaikan bahwa energi terbarukan kini hampir setara dengan bahan bakar fosil dalam kapasitas daya terpasang secara global. Dan itu baru awal.

Tahun lalu, hampir seluruh pembangkit listrik baru berasal dari energi terbarukan. Setiap benua menambahkan lebih banyak kapasitas energi terbarukan dibanding bahan bakar fosil. Dan energi terbarukan telah menghasilkan hampir sepertiga dari listrik dunia.

"Masa depan energi bersih bukan lagi janji. Ini adalah kenyataan. Tidak ada pemerintah, industri, atau kepentingan khusus yang bisa menghentikannya," kata dia.

Dia mengatakan ada tiga alasan mengapa pengembangan energi bersih akan terus berkembang pesat. Pertama adalah karena ekonomi pasar.

Pada 2023 saja, sektor energi bersih, kata dia, mendorong 10 persen pertumbuhan PDB global, dengan India sebesar 5 persen; di Amerika Serikat sebesar 6 persen; di China - yang merupakan pemimpin transisi energi - sebesar 20 persen; dan di Uni Eropa hampir 33 persen.

Jumlah pekerjaan di sektor energi bersih juga saat ini melebihi pekerjaan di sektor bahan bakar fosil, dengan hampir 35 juta pekerja di seluruh dunia.

Kemudian, alasan keduanya adalah karena energi terbarukan akan tetap ada karena menjadi dasar keamanan dan kedaulatan energi.

Guterres menyebutkan bahwa ancaman terbesar terhadap keamanan energi hari ini adalah bahan bakar fosil. Bahan bakar tersebut membuat negara dan rakyat rentan terhadap guncangan harga, gangguan pasokan, dan gejolak geopolitik.

"Lihat saja invasi Rusia ke Ukraina. Satu perang di Eropa memicu krisis energi global. Harga minyak dan gas melonjak; tagihan listrik dan makanan ikut naik. Tahun 2022, rata-rata rumah tangga di dunia mengalami kenaikan biaya energi sebesar 20 persen," katanya.

Padahal, ekonomi modern dan kompetitif, kata dia, butuh energi yang stabil dan terjangkau. Dan energi terbarukan, kata Guterres, menawarkan keduanya.

"Matahari tidak mengenal lonjakan harga. Angin tidak bisa diembargo. Energi terbarukan bisa memberi daya - secara harfiah dan kiasan - ke tangan rakyat dan pemerintah. Dan hampir setiap negara punya cukup matahari, angin, atau air untuk jadi mandiri dalam energi," kata Guterres.

"Energi terbarukan berarti keamanan energi sejati, kedaulatan energi sejati, serta kebebasan sejati dari ketidakpastian bahan bakar fosil," imbuhnya.

Sementara itu, alasan ketiga mengapa energi terbarukan tidak bisa dihentikan adalah karena aksesnya yang mudah.

Tenaga surya dan angin, menurut dia, bisa diterapkan lebih cepat, lebih murah, dan lebih fleksibel dibandingkan bahan bakar fosil.

Meski nuklir akan tetap menjadi bagian dari penyebaran energi global, namun energi tersebut tidak akan bisa menjangkau semua masyarakat yang belum punya akses listrik.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |