SADARI sebagai langkah awal deteksi dini kanker payudara

1 month ago 7

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah lulusan Universitas Indonesia dr. Maelissa Pramaningasin, Sp.B, Subsp.Onk. (K) mengatakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk melakukan deteksi dini kanker payudara.

“Kebanyakan tumor atau kanker payudara itu tidak terasa, jadi SADARI harus dilakukan, tapi tidak bisa itu saja karena SADARI harus ditambah dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk mencegah kanker payudara terlambat diketahui,” kata Maelissa dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.

Maelissa mengatakan cara melakukan SADARI yang telah sejak lama dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan itu sebenarnya cukup mudah untuk dilakukan masyarakat. Sebagai langkah awal, lepas baju dari pinggang ke atas dan sebaiknya di depan cermin.

Amati apakah perubahan ukuran payudara atau kelainan lain, sambil meletakkan tangan di samping badan, mengangkat tangan ke atas, dan berkacak pinggang. Kemudian, raba payudara kanan menggunakan tangan kiri, dan meraba payudara kiri menggunakan tangan kanan.

Baca juga: Dokter: Waspada ciri-ciri kanker pada perubahan fisik payudara

Periksa juga area ketiak dan sekitar tulang leher. Setelahnya, cobalah untuk memencet area berwarna gelap (areola) di sekitar puting susu untuk melihat ada cairan yang keluar atau tidak.

Maelissa mengatakan selama melakukan SADARI ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan cermat, karena bisa jadi individu mengalami kelainan. Ia menyebut kelainan kondisi itu dapat berupa adanya benjolan di payudara dan sering kali tidak berasa nyeri.

Kelainan lain yang disebutnya yakni terdapat perubahan tekstur kulit payudara. Kulit seakan seperti mengeras dengan permukaan seperti kulit jeruk.

“Perhatikan juga jika ada luka di bagian payudara yang tidak sembuh dan adakah keluarnya cairan dari payudara,” katanya.

Ia menyampaikan bahwa kepedulian masyarakat akan kanker payudara harus ditingkatkan. Berdasarkan data Globocan 2020, kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus tertinggi di dunia, termasuk Indonesia, dengan lebih dari 68.858 kasus baru dan 22.430 kematian tercatat hanya di tahun 2020. Angka tersebut diprediksi meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam kesempatan itu, Maelissa juga menekankan di tahun 2020 diketahui bahwa sebanyak 68 sampai 73 persen pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah stadium akhir.

Baca juga: Pengobatan inovatif pasien kanker makin beragam

Baca juga: Teknologi robotik permudah rekonstruksi payudara pada operasi kanker

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |