Jakarta (ANTARA) - Bayi Zeinab yang berusia lima bulan terbaring dengan minim gerakan di atas ranjang besi berkarat di salah satu dari sedikit rumah sakit yang masih dapat beroperasi di Gaza.
Tubuhnya yang ringkih, kelaparan, dan tanpa suara, sama sekali tidak memiliki kesesuaian dengan bayi bermata cerah dalam foto Zaenab yang dipampang di atas ranjang tersebut.
Ibu Zeinab, kepada kantor berita RIA Novosti, mengungkapkan bahwa foto tersebut diambil saat buah hatinya baru berusia 40 hari dan memiliki berat badan sekitar 5,5 kilogram. Namun kini, setelah berbulan-bulan bantuan pangan untuk Gaza diblokade Israel, berat badan Zaenab hilang 2 kilogram.
Sang bunda berkata dengan terisak bahwa dengan kondisi tidak ada susu serta tidak ada makanan, dirinya menyaksikan penderitaan putrinya yang merana sehingga kehilangan banyak bobot badan yang merupakan beban sangat berat yang harus ditanggung seorang bayi.
Seperti Zeinab, terdapat ribuan anak di Gaza yang menderita kelaparan akut, terjebak di zona perang yang dibuat menjadi wilayah seperti kamp konsentrasi. Berbagai rumah sakit dan fasilitas medis yang dibombardir Israel kewalahan dengan banyaknya anak dan bayi malnutrisi yang berjuang untuk bertahan hidup.
Kisah yang dialami Zeinab hanyalah satu dari sekian banyak cerita dari para insan yang tersiksa di Gaza, yang oleh banyak pihak pada akhirnya hanya menjadi angka-angka statistik di berbagai pemberitaan media massa.
Baca juga: Pelapor PBB: Gaza alami salah satu genosida terkejam dalam sejarah
Kelaparan = kenyataan hidup Gaza
Di Gaza saat ini, kelaparan bukanlah sekadar ancaman, melainkan kenyataan hidup yang telah mengubah nasib anak-anak yang dulu kerap tersenyum, kini harus berjuang dalam diam di tengah pertempuran, menahan lapar yang tak tertahankan bagi tubuh mungil mereka.
Memang, setelah tekanan internasional dan negosiasi yang bertele-tele terutama dalam menghadapi kekejaman Israel itu, akhirnya sejumlah truk bantuan telah diizinkan memasuki wilayah Gaza yang diblokade. Namun, volume bantuan yang diizinkan dinilai masih terlalu minim dengan distribusi yang masih belum lancar.
Tidak heran masih banyak yang meragukan bahwa bencana kemanusiaan yang dialami penduduk Gaza akan dapat teratasi dengan bantuan tidak memadai itu.
Anak-anak menanggung beban krisis ini. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 5.000 anak balita dirawat karena malnutrisi dalam dua pekan pertama Juli. Dari jumlah itu, 18 persen di antaranya menderita malnutrisi akut berat atau Severe Acute Malnutrition (SAM), bentuk malnutrisi yang paling mengancam jiwa.
Selain itu, WHO mencatat lonjakan dramatis kematian anak akibat malnutrisi, yaitu dari 74 kematian terkait malnutrisi yang tercatat di Gaza sepanjang 2025 hingga kini, 63 terjadi pada bulan Juli. Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah total kematian akibat kelaparan telah meningkat menjadi 147 orang, termasuk 88 anak-anak.
Krisis kelaparan juga mengancam ribuan ibu hamil. Direktur Eksekutif Yayasan Al Dameer untuk Hak Asasi Manusia Alaa Alskafi, kepada RIA Novosti memperingatkan bahwa 11.000 ibu hamil di Gaza berada dalam risiko serius malnutrisi dan dehidrasi.
Baca juga: Maemuna Center optimis dapat membangun RSIA Indonesia di Jalur Gaza
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.