Moskow (ANTARA) - Negara-negara anggota G20 menginginkan Amerika Serikat mempertimbangkan kembali pendiriannya terkait pelarangan perwakilan Afrika Selatan dari kegiatan kelompok tersebut selama AS memegang presidensi, kata Sherpa G20 Rusia, Svetlana Lukash.
“Semua pihak menyatakan keinginan agar masalah ini ditinjau kembali. Kami berharap pendekatan lain akan berhasil,” kata Lukash dalam wawancara dengan RIA Novosti, mengomentari ketidakhadiran delegasi Afrika Selatan dalam pertemuan terbaru.
Prospek pemulihan partisipasi Afrika Selatan dalam forum G20 di bawah kepemimpinan AS masih belum jelas.
Namun, Lukash mengatakan seluruh negara berharap kelompok tersebut dapat mengembalikan keanggotaan penuh Afrika Selatan melalui konsensus.
Baca juga: China dukung Afrika Selatan tetap ikut G20 meski tak diundang AS
Ia menambahkan bahwa setiap negara tuan rumah lazim memanfaatkan forum internasional untuk memajukan agenda masing-masing.
“Setiap presidensi menggunakan format internasional untuk kepentingannya sendiri, baik untuk mempromosikan prioritas maupun menyoroti isu-isu yang ingin mereka selesaikan. Tidak ada yang aneh dalam hal ini,” kata Lukash.
Sebelumnya, pada 15–16 Desember, Washington menjadi tuan rumah pertemuan pertama perwakilan negara-negara G20 di bawah presidensi Amerika Serikat yang baru dimulai.
Amerika Serikat berencana menyelenggarakan KTT para pemimpin G20 di Miami pada Desember 2026.
Sementara itu, pada 3 Desember, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Washington tidak akan mengundang Afrika Selatan ke pertemuan G20 selama masa presidensi AS.
Baca juga: AS coret Afrika Selatan dari pertemuan G20, picu polemik publik
Rubio menuduh negara tersebut melakukan tindakan rasisme terhadap warga Afrikaner—kelompok etnis keturunan Belanda—seraya menyatakan bahwa selama kepemimpinan Afrika Selatan di G20, negara itu terlalu berfokus pada isu perubahan iklim, keragaman, inklusivitas, dan ketergantungan Afrika pada bantuan asing, sambil mengabaikan kepentingan dan perspektif Amerika Serikat.
Sumber: RIA Novosti/Sputnik
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































