Revolusi Como 1907 di bawah Djarum

7 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Budi Hartono masih berusia 28 tahun ketika setiap sore pada 1969, brak atau tempat karyawan melinting rokok di pabrik rokok keluarganya, disulap menjadi tempat berlatih bulu tangkis.

Budi yang beberapa masa kemudian menjadi CEO dan karyawan-karyawan PT Djarum, dikenal sebagai pecinta bulu tangkis.

Kecintaan itu pula yang mendorong putra Oei Wie Gwan yang pendiri Djarum itu, menyulap brak menjadi arena bulu tangkis. Dan jalan kecil yang dia retas itu kemudian menjadi jalan besar untuk terciptanya salah satu kawah candradimuka bagi atlet-atlet bulu tangkis Indonesia.

Lima tahun setelah itu, berdirilah PB Djarum pada 1974, salah satu kawah candradimuka untuk atlet-atlet besar bulu tangkis Indonesia, termasuk Liem Swie King.

Sampai kini, kawah candradimuka itu tak berhenti menghasilkan bakat-bakat muda bulu tangkis, yang turut memastikan regenerasi atlet bulu tangkis Indonesia terjaga.

45 tahun setelah PB Djarum berdiri, ketika tentakel bisnis keluarga Budi Hartono merambah ke mana-mana termasuk mengakuisisi BCA yang adalah salah satu bank terbesar di Indonesia, perusahaan e-commerce Blibli dan layanan streaming Mola, grup usaha itu mengalihkan perhatian ke Italia.

"Como 1907: The True Story" (2021). (ANTARA/Mola TV)

Lewat salah satu lengan bisnis medianya yang berpusat di Inggris degan nama SENT Entertainment, Djarum membeli Como 1907 pada 2019, ketika klub itu berkutat di divisi empat Liga Italia, Serie D.

Mereka membeli klub yang sudah bangkrut itu pada harga 800 ribu euro, setara dengan Rp12,5 miliar.

Nilai sebesar itu hanya "kerikil" dibandingkan dengan jumlah kekayaan Djarum yang menurut perhitungan Forbes pada akhir 2024 mencapai 50,3 miliar dolar AS (Rp818 triliun).

Sejak diakuisisi Djarum, Como 1907 melesat tiga level dalam kurun lima tahun ketika pada 2024 klub itu bermain lagi di liga elite Italia, Serie A, setelah 21 tahun tak bisa melakukannya.

Awalnya perjalanan Como di Serie A biasa-biasa saja, tapi perlahan mereka menemukan warna yang membuat komunitas sepak bola Italia berpaling kepadanya.

Kota Como di selatan Danau Como di Italia utara itu pun kini tak lagi dikenal sebagai situs wisata, namun juga oleh klub sepak bolanya yang mulai unjuk gigi.

Mereka membuat kejutan dalam dua pekan terakhir ketika membungkam Fiorentina 2-0 pada 16 Februari dan menumbangkan Napoli 2-1 pada 23 Februari.

Baca juga: Orang Indonesia di balik kembalinya Como 1907 ke Serie A

Selanjutnya: Dari nol

Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |