Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR RI Puan Maharani menyerukan perlunya kerja sama internasional dalam tata kelola artificial intelligence (AI) yang inklusif, berpusat pada manusia, dan adil bagi negara-negara berkembang, dalam forum MIKTA Speakers' Consultation atau Forum Konsultasi Ketua Parlemen MIKTA ke-11 tahun 2025 di Seoul, Korea Selatan, Rabu.
Dia mengatakan Indonesia mengakui AI sebagai teknologi strategis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan, meskipun permintaan energinya tinggi. Dia juga menilai, AI dapat berkontribusi langsung pada tujuan pembangunan berkelanjutan.
"Kami menyadari peluang AI untuk mempercepat pembangunan, dan bahaya yang dapat ditimbulkannya, yaitu kesenjangan teknologi yang semakin dalam antara negara kaya dan miskin," kata Puan.
Dia mendorong parlemen MIKTA untuk memastikan akuntabilitas dalam teknologi, karena penggunaan AI sudah bisa memasuki tata kelola pekerjaan-pekerjaan di parlemen.
Menurut dia, parlemen harus menetapkan batasan data yang dikumpulkan, digunakan, dikelola, dam memastikan akuntabilitas tetap berada di tangan manusia yang terpilih.
"Kita juga harus mempertahankan inklusi digital agar AI tidak menjadi hak istimewa segelintir negara dan segelintir kelas sosial," kata dia.
Dia memandang bahwa guncangan iklim sudah terjadi, sistem energi sudah berada di bawah tekanan, dan AI telah membentuk ekonomi masyarakat secara langsung. Jika parlemen tidak memimpin sekarang, menurut dia, transisi akan tetap terjadi, tetapi tidak akan adil.
"Transisi menuju energi yang lebih bersih harus memberikan keadilan, ketahanan, dan martabat. AI harus dikelola dengan cara yang memberdayakan masyarakat. Dan manfaatnya harus dibagi, bukan dipusatkan," kata dia.
Baca juga: Puan bicara isu perdamaian dan Palestina pada forum MIKTA di Korsel
Baca juga: Wakil Ketua DPR RI raih penghargaan Santri Legislator Inspiratif 2025
Baca juga: Soal gelar pahlawan, Puan sebut rekam jejak Soeharto perlu dicermati
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































