Jakarta (ANTARA) - Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi yang merupakan putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas digadang-gadang menjadi calon penerus tahta Keraton Yogyakarta.
Dalam tradisinya, tahta Keraton Yogyakarta biasanya diteruskan kepada laki-laki sebagai penerus kepemimpinan kerajaan. Untuk itu, wacana suksesi Keraton Yogyakarta kepada GKR Mangkubumi masih menuai perdebatan di kalangan internal keraton maupun masyarakat.
Hingga kini belum ada pernyataan resmi yang memastikan GKR Mangkubumi akan menjadi sultanah penerus tahta Keraton Yogyakarta. Meski demikian, Sultan Hamengku Buwono X sendiri dalam beberapa kesempatan tampak memberikan "sinyal" terkait keterlibatan perempuan dalam proses regenerasi Keraton Yogyakarta.
Apabila GKR Mangkubumi nantinya resmi meneruskan tahta Keraton Yogyakarta maka langkah tersebut akan menjadi terobosan dan pembaruan besar dalam sejarah kesultanan di Pulau Jawa tersebut.
Berikut profil GKR Mangkubumi yang dapat disimak.
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi memiliki nama lengkap GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Ia lahir di Bogor pada 24 Februari 1972 sebagai putri pertama dari lima bersaudara yang seluruhnya perempuan. Adapun nama lahirnya ialah Gusti Raden Ajeng Nurmalita Sari.
Sebelum menyandang gelar Mangkubumi, ia dikenal dengan nama GKR Pembayun. Penganugerahan gelar tersebut dilakukan melalui Sabda Raja yang dikeluarkan Sultan pada 5 Mei 2015. Gelar “Mangkubumi” sendiri memiliki makna penting sebab secara historis gelar itu disematkan kepada sosok yang dipercaya menjaga kelangsungan kerajaan dan sering kali dikaitkan dengan posisi pewaris tahta.
Oleh karena itu, publik sejak saat itu mulai melihat GKR Mangkubumi sebagai figur yang disiapkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Keraton Yogyakarta.
GKR Mangkubumi sempat bersekolah di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, sebelum akhirnya pindah sekolah ke Singapore di International School of Singapore. Ia juga sempat menempuh pendidikan kolese di Amerika Serikat (AS), hingga akhirnya meraih gelar Bachelor Degree bidang Retail Management dari Griffith University, Australia.
GKR Mangkubumi menikah dengan Nieko Messa Yudha yang kemudian dianugerahi gelar Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Wironegoro pada tahun 2002. Mereka kemudian dikaruniai dua orang anak, yakni Raden Ajeng Artie Ayya Fatimasari dan Raden Mas Drasthya Wironegoro.
Di lingkungan keraton, ia menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa yang memiliki kewenangan di dalam pengelolaan aset Keraton Yogyakarta. Kawedanan itu membawahi tiga kawedanan lain yang mengurusi bangunan cagar budaya di dalam dan di luar lingkup keraton serta urusan pertanahan.
Ia pun aktif dalam sejumlah organisasi, di antaranya Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Karang Taruna DIY, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) DIY, Ketua Umum Dagang dan Industri (KADIN) DIY, dan Wakil Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas).
Adapun dalam bidang bisnis, ia pernah menjadi komisaris utama PT Madubaru yang memproduksi gula dan etanol; lalu komisaris di PT. Mataram Mitra Manunggal (BPR Mataram) dan PT Yogyakarta Tembakau Indonesia; hingga PT Jogja Magasa Iron yang bergerak dalam pertambangan pasir besi.
Baca juga: Mengenang Ki Anom Suroto, dalang yang abdikan hidup untuk wayang
Baca juga: Ini profil Sanae Takaichi, perdana menteri perempuan pertama Jepang
Baca juga: Ini profil Glenny Kairupan, Dirut Baru Garuda Indonesia
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Alviansyah Pasaribu
								Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































