Presiden Lebanon perintahkan pasukannya membalas serangan Israel

4 hours ago 3

Beirut/Istanbul (ANTARA) - Presiden Lebanon Joseph Aoun, Kamis (30/10) memerintahkan pihak militer untuk membalas setiap serangan atau upaya pasukan Israel memasuki wilayah selatan yang telah dibebaskan.

Langkah tersebut menjadi perintah pertama sejak gencatan senjata diberlakukan pada akhir 2024, menurut laporan media lokal.

Perintah itu dikeluarkan setelah pasukan Israel menyerbu gedung balai kota di Blida, Lebanon selatan, Rabu malam, yang menewaskan seorang pejabat pemerintah setempat.

Kantor berita nasional Lebanon (NNA) melaporkan bahwa Presiden Aoun mengecam keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “bagian dari pola agresi Israel yang terus berlanjut.”

Dalam pertemuan dengan Panglima Angkatan Darat Jenderal Rudolph Haykal di Istana Baabda, Beirut, Aoun menegaskan bahwa serangan itu terjadi hanya sehari setelah pertemuan komite pengawas gencatan senjata.

Ia menekankan bahwa komite tersebut “tidak boleh hanya mencatat insiden, tetapi harus bertindak untuk menghentikannya dengan menekan Israel agar menghormati perjanjian gencatan senjata November dan menghentikan pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon.”

Militer Israel mengeklaim bahwa gedung balai kota Blida baru-baru ini digunakan untuk aktivitas Hizbullah dengan kedok fasilitas sipil.

Di pihak lain, Hizbullah mengecam keras serangan itu dan memuji keputusan Presiden Aoun, seraya berjanji mendukung penuh pihak militer untuk memperkuat kemampuan pertahanannya.

Hizbullah juga mendesak pemerintah untuk “mengambil langkah berbeda dari yang dilakukan selama 11 bulan terakhir dan menunaikan tanggung jawabnya dengan menyusun rencana politik dan diplomatik guna menghentikan serangan serta melindungi warga dan kepentingan Lebanon.”

Pada Agustus lalu, pemerintah Lebanon telah menyetujui rencana untuk menempatkan seluruh senjata di bawah kendali negara.

Namun, Hizbullah menolak kebijakan tersebut dan menegaskan akan tetap mempertahankan persenjataannya hingga Israel menarik diri sepenuhnya dari lima pos perbatasan yang masih didudukinya di selatan Lebanon.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel ke Lebanon telah menewaskan lebih dari 4.000 orang dan melukai hampir 17.000 lainnya. Serangan yang awalnya berskala terbatas itu berubah menjadi ofensif penuh pada September 2024.

Gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel dicapai pada November 2024. Berdasarkan kesepakatan, pasukan Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada Januari tahun ini.

Namun, hingga kini Israel hanya melakukan penarikan sebagian dan masih mempertahankan kehadiran militernya di lima pos perbatasan.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Israel kembali serang pasukan perdamaian PBB di Lebanon selatan

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |