Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Pramono Anung berharap warga percaya dengan transportasi publik lewat program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara.
"Diharapkan orang berubah dari menggunakan kendaraan pribadi, percaya dengan transportasi umum yang disiapkan oleh pemerintah," kata Pramono dalam diskusi "Jakarta Urban Mobility Festival 2025" di Pasaraya Blok M Jakarta, Kamis.
Pramono mengatakan, secara bertahap pihaknya akan melakukan perubahan yang mendasar dengan tujuan membuat transportasi Jakarta menjadi lebih baik.
Dia menilai untuk mengubah Jakarta tidak bisa hanya membangun, menyelesaikan dan menambah infrastruktur. Lantaran hal ini tidak akan mengurangi kemacetan dan emisi yang terjadi.
Baca juga: Transjabodetabek rute Alam Sutera-Blok M resmi diluncurkan
Karena itu perlu untuk mengubah cara pandang dan kebiasaan masyarakat dengan edukasi terkait kebijakan pemerintah yang diterapkan.
Dia berharap selain memberikan edukasi, pemerintah juga berjanji untuk terus berkomitmen mengurangi polusi udara di Jakarta.
"Acara yang seperti ini, selain melakukan pendidikan, pemahaman dan juga yang paling penting adalah keseriusan kita untuk mengimplementasikan kebijakan yang lebih benar," ujarnya.
Dia menyebutkan sejumlah program yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yakni dengan meresmikan Transjabodetabek rute Blok M-Alam Sutera yang menghubungkan Jakarta dengan daerah-daerah penyangga.
"Saya sudah putuskan tahun ini harus enam trayek baru Transjabodetabek yang menghubungkan Jakarta dengan daerah-daerah penyangga," ujarnya.
Baca juga: ASN Pemprov DKI dipaksa naik angkutan umum setiap Rabu
Kemudian, memperbaiki fasilitas transportasi umum, menambah jumlah bus listrik, memaksa ASN naik transportasi publik pada Rabu hingga penataan parkir di Jakarta.
Duta Besar Inggris Dominic Jermey turut menyampaikan pentingnya mengubah pola pikir masyarakat yang masih menggunakan kendaraan pribadi daripada hanya memperbaiki infrastruktur.
"Solusinya bukan hanya perbaikan infrastruktur, tapi juga pola pikir kota-kota membutuhkan strategi terpadu ketergantungan pada keterangan pribadi," ujar Dominic.
Dominic menambahkan, menurut kajian pada 2019, Jakarta mengalami kerugian sekitar Rp45 triliun setiap tahun akibat menurunnya produktivitas kualitas udara yang memburuk dengan menimbulkan risiko kesehatan.
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025