Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan capaian Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Desember yang sudah berada di fase ekspansif yakni 51,2 poin, merupakan bukti industri domestik memiliki ketangguhan dalam menghadapi dinamika politik dan ekonomi global.
"PMI manufaktur yang ekspansif ini sekaligus menandakan bahwa kepercayaan diri dan optimisme dari pelaku industri kita masih cukup tinggi. Hal ini turut didukung adanya kenaikan volume produksi dan pesanan baru," kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Kamis.
Angka yang dirilis oleh perusahaan analisis dunia S&P Global tersebut sebelumnya menyatakan bahwa indeks manufaktur Indonesia berada di level kontraksi, yakni di bawah angka 50 poin selama lima bulan beruntun.
Menurut Febri, kembali naiknya angka PMI manufaktur, sejalan dengan laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Desember 2024, yang sudah dirilis sebelumnya oleh Kemenperin dengan menampilkan IKI di penghujung tahun masih bertahan pada posisi ekspansi, yaitu sebesar 52,93 poin.
Baca juga: Analis: Peningkatan PMI manufaktur RI mencerminkan ekspansi produksi
Ia menjelaskan, kenaikan volume produksi dan pesanan baru di sektor manufaktur, karena banyak pedagang yang membeli barang lebih pada bulan Desember, mengingat masih berlaku tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 persen, sehingga membuat permintaan pada akhir tahun lebih besar.
"Mereka menyimpan stok hingga Januari dan akan dijual dengan tarif PPN 12 persen. Jadi, mereka ada untung kurang lebih 1 persen," katanya.
Lebih lanjut, pihaknya meyakini industri manufaktur di Indonesia akan lebih menunjukkan kinerjanya apabila ditopang dengan regulasi yang mendukung sektor perindustrian.
"Apalagi kalau didukung regulasi yang tepat, seperti pengendalian barang-barang impor, tentunya manufaktur kita akan meroket tinggi," ujarnya.
Dari data yang dirilis S&P Global, PMI manufaktur Indonesia pada Desember 2024 mampu melampaui PMI manufaktur China yang sebesar 50,5 poin, Jerman 42,5 poin, Rusia 50,8 poin, Inggris 47,3 poin, Amerika Serikat 48,3 poin, Jepang 49,5 poin, Korea Selatan 49,0 poin, Vietnam 49,8 poin, Malaysia 48,6 poin, dan Myanmar 50,4 poin.
Baca juga: Kontraksi PMI manufaktur November masih disebabkan masifnya impor
Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, perekonomian manufaktur Indonesia pada akhir tahun 2024 menunjukkan catatan positif.
Menurut Paul, banyak perusahaan industri yang berharap kenaikan produksi pada tahun mendatang, karena kondisi makro ekonomi stabil dan daya beli di antara klien membaik.
"Sehingga lapangan kerja dan aktivitas pembelian naik," ujar Paul.
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2025