Yogyakarta (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan dukungan terhadap Program Food Bank Lumbung Mataraman yang dicanangkan Pemkot Yogyakarta untuk menyalurkan makanan berlebih kepada warga yang membutuhkan.
"Komitmen ini kita dukung. Anggota PHRI mendukung 'food bank' ini, tapi semampunya kita. Karena sekarang hotel maupun restoran dalam membikin masakan itu juga harus diperhitungkan cost-nya," kata Ketua PHRI DIY Dedi Pranowo Ernowo dalam keterangannya di Yogyakarta, Kamis.
Menurut Dedi, keterlibatan pelaku hotel dan restoran dalam program tersebut bersifat sukarela.
Namun, ia berharap seluruh anggota PHRI di Kota Yogyakarta bisa berpartisipasi menyalurkan makanan berlebih yang masih layak konsumsi melalui Pemkot.
"Saya kira dengan adanya food bank juga bisa membantu kita untuk mendistribusikan makanan berlebih yang masih layak. Tapi tentunya kami tidak bisa memaksakan teman-teman anggota PHRI," ujarnya.
Program Food Bank "Lumbung Mataraman" merupakan salah satu program percepatan atau "quick win" 100 hari kerja Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Wawan Harmawan.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyampaikan terima kasih atas dukungan PHRI terhadap program tersebut.
Dia mengatakan Pemkot Yogyakarta siap menjemput bola jika ada makanan berlebih yang tidak terkonsumsi di hotel atau restoran.
“Kami ingin kerja sama dengan hotel-hotel apabila suatu saat ada makanan yang masih bagus tapi mungkin tidak terkonsumsi dengan baik, (lewat) Food Bank ini kami siap untuk jemput bola,” kata Hasto.
Makanan yang dikumpulkan nantinya akan dibagikan kepada kelompok rentan di Kota Yogyakarta, seperti lansia prasejahtera, musafir, mahasiswa kesulitan, hingga janda fakir miskin yang tidak bisa bepergian yang jumlahnya sekitar 1.068 orang.
“Kami tidak ingin merepotkan. Kalau ada kelonggaran rezeki, ada yang tidak dimakan tapi masih layak dimakan, maka kami akan menerima itu,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa program Lumbung Mataraman di kota ini tidak berupa sawah atau ladang seperti di kabupaten sekitar Yogyakarta, melainkan berupa kekuatan sumber daya manusia.
"Kota ini tidak punya sawah, tidak punya gunung. Tapi kami punya manusia dan niat untuk berbagi. Maka program ini jadi penting," kata dia.
Baca juga: PHRI DIY minta tambahan rute penerbangan internasional di YIA
Baca juga: PHRI DIY bentuk satgas khusus hadapi risiko gempa megathrust
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025