Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Mesir Disebut Sulit dan Kompleks

2 hours ago 3

Gaza (ANTARA) - Perundingan tak langsung mengenai gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang sedang berlangsung di kota resor Sharm el-Sheikh di Mesir masih "sulit dan kompleks", ungkap sejumlah sumber Palestina pada Selasa (7/10), hari kedua dalam perundingan tersebut.

Sumber-sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan secara anonim bahwa diskusi yang dimediasi oleh Mesir dan didukung oleh Amerika Serikat (AS) serta Qatar tersebut sedang berfokus pada pembentukan "mekanisme teknis" yang diperlukan untuk meluncurkan fase pertama dari rencana Presiden AS Donald Trump guna mengakhiri perang di Gaza.

Pada 29 September, Trump mengumumkan rencana perdamaian 20 poin yang diterima oleh Israel. Rencana tersebut memaparkan langkah-langkah gencatan senjata bertahap, termasuk pembebasan warga Israel yang disandera, pelucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Menurut para sumber, rencana itu menetapkan bahwa Hamas harus membebaskan semua sandera dalam waktu 72 jam setelah kedua belah pihak secara terbuka menyetujui proposal tersebut. Sebagai imbalan, Israel akan membebaskan ratusan warga Palestina yang ditahan dan menghentikan operasi militer di Gaza.

Hamas pada Jumat (3/10) mengumumkan bahwa pihaknya siap membebaskan warga Israel yang mereka sandera di Jalur Gaza sesuai dengan rencana itu. Trump menyambut baik pernyataan tersebut dan menyerukan kepada Israel untuk segera menghentikan pengeboman di Gaza.

Kendati demikian, sumber-sumber Palestina menjelaskan bahwa Hamas masih belum menanggapi beberapa syarat yang dianggap penting oleh Israel agar gencatan senjata tercapai sepenuhnya, terutama yang berkaitan dengan pelucutan senjata Hamas dan pemerintahan Gaza di masa depan.

Mereka menambahkan bahwa tim-tim teknis saat ini sedang memeriksa peta mendetail yang diajukan oleh delegasi Israel yang menjelaskan wilayah-wilayah dari mana tentara Israel akan menarik diri, serta daftar orang Palestina tahanan Israel yang akan dibebaskan.

Di saat yang sama, Hamas mengajukan usulan mekanisme untuk penyerahan para sandera dan jenazah sandera yang telah meninggal, seraya menyoroti kendala logistik dan keamanan akibat keberadaan militer Israel yang masih berlangsung di beberapa wilayah Gaza.

Media Israel melaporkan bahwa Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, bersama Jared Kushner, yang merupakan menantu Presiden AS Donald Trump, diperkirakan akan bergabung dalam perundingan di Mesir itu pada Rabu (8/10).

Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer juga kemungkinan akan menyusul untuk merampungkan kesepakatan-kesepakatan potensial, urai sejumlah laporan.

Sementara itu, seorang juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah taklimat pers pada Selasa mengatakan bahwa perundingan di Mesir "sedang berlangsung dan masih terlalu dini untuk mengutarakan hasilnya".

Sang jubir menambahkan bahwa rencana perdamaian 20-poin usulan Trump "memuat banyak detail yang kompleks" dan menuduh Israel memperpanjang kekerasan melalui serangan udara yang terus-terusan di Gaza. Dia juga menekankan bahwa "tantangan utama saat ini adalah implementasi, bukan konsensus".

Trump pada Senin (6/10) mengatakan kepada awak media bahwa dirinya yakin "keadaan berjalan dengan sangat baik" dan bahwa Hamas telah menyetujui "hal-hal yang sangat penting." Trump juga menambahkan, "Kami akan mencapai kesepakatan di Gaza. Saya hampir yakin soal itu".

Di lapangan, sumber-sumber keamanan Palestina menyebutkan bahwa meskipun serangan udara dan tembakan artileri Israel di Gaza telah sedikit berkurang sejak Selasa fajar, serangan-serangan belum sepenuhnya berhenti.

Pejabat-pejabat medis Palestina mengatakan kepada Xinhua bahwa rumah-rumah sakit di Gaza menerima 10 jenazah sejak Selasa pagi waktu setempat, termasuk enam di Gaza City, usai serangan Israel semalam.

Perang Hamas-Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap situs-situs militer Israel dan permukiman di dekatnya, hingga menewaskan sekitar 1.200 orang.

Israel kemudian menanggapi dengan serangan militer berskala besar di Jalur Gaza yang padat penduduk, yang hingga saat ini telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 169.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |