Stockholm (ANTARA) - Bangunan bersejarah Rosenbad, yang terletak di dekat perairan Danau Malaren yang jernih bagai cermin, telah menarik perhatian internasional pekan ini ketika China dan Amerika Serikat (AS) mengadakan putaran ketiga perundingan perdagangan tingkat tinggi.
Diselenggarakan di kantor Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, pertemuan di Stockholm ini merupakan kelanjutan dari perundingan dagang China-AS sebelumnya di Jenewa pada bulan Mei dan di London pada bulan Juni.
Diskusi ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk meredakan ketegangan bilateral dan meredakan perselisihan tarif yang telah membebani perekonomian global.
Para wartawan mulai berkumpul di luar venue pada Senin (28/7) pagi waktu setempat. Ketika para delegasi perdagangan tiba sekitar pukul 14.00 waktu setempat (19.00 WIB), lebih dari 60 wartawan dari seluruh dunia telah berkumpul.
Seorang wartawan Reuters mengungkapkan harapannya akan ada "sesuatu yang konkret -- mungkin penundaan tarif lebih lanjut atau solusi untuk meringankan bea masuk."
Perdana Menteri Kristersson menyambut baik pertemuan tersebut, yang disampaikannya di platform media sosial X. "Saya menantikan pertemuan dengan perwakilan AS dan Republik Rakyat China di tanah Swedia. Selamat datang di Swedia!"

Sejak Mei, kedua negara telah bekerja untuk mengimplementasikan konsensus yang dicapai dalam pembicaraan telepon antara presiden kedua negara baru-baru ini. Fokus utama dari upaya ini adalah pengurangan tarif yang terlalu tinggi serta tujuan bersama untuk meredakan ketegangan antara dua perekonomian terbesar dunia tersebut.
Perundingan di Stockholm ini merupakan pertemuan ketiga dalam waktu tiga bulan dan terjadi hanya beberapa hari sebelum berakhirnya penangguhan tarif selama 90 hari yang disepakati oleh kedua belah pihak. Batas waktu yang semakin dekat, yakni 12 Agustus, menambah urgensi untuk dialog ini. Hal ini menegaskan komitmen kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan melalui jalur negosiasi, bukan konfrontasi.
Kristersson melihat pertemuan di Stockholm ini sebagai "perkembangan positif", serta mencatat bahwa implikasinya jauh melampaui perdagangan bilateral. "Diskusi-diskusi ini berdampak signifikan pada perdagangan global dan ekonomi dunia."
Ulf Pehrsson, ketua Dewan Perdagangan Swedia-China, sependapat dengan Kristersson. "Perang dagang, tidak ada pemenangnya," ujarnya. "Bagi banyak perusahaan Swedia yang memiliki saham di pasar AS dan China, menjaga jalur komunikasi yang terbuka sangatlah penting."
Dia memuji perundingan yang sedang berlangsung tersebut sebagai "langkah ke arah yang benar," dan menekankan bahwa setiap langkah untuk mengurangi ketegangan akan disambut baik oleh para pebisnis Swedia.

Perundingan perdagangan putaran ketiga ini telah menarik perhatian para pengamat internasional. Dari Jenewa hingga London, dan kini Stockholm, momentum yang berkelanjutan menuju dialog ini secara luas dipandang penting di tengah ketidakpastian ekonomi.
Lembaga penyiaran nasional Finlandia Yle mencatat bahwa kedua belah pihak berupaya keras untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka, suatu sikap yang dipandang berpotensi menguntungkan bagi lanskap perdagangan global yang lebih luas.
"Jauh lebih baik apabila dirundingkan, alih-alih tidak dirundingkan," kata Philippe Monnier, seorang ekonom asal Swiss yang juga merupakan mantan direktur eksekutif Greater Geneva Berne area (GGBa), badan promosi investasi Swiss Barat. "Dan sangat penting untuk terus berunding dengan semangat yang baik."
Jan Knoerich, pengamat di bidang ekonomi politik China dan global di King's College London, menyatakan "meskipun akan sulit untuk menyelesaikan beberapa perbedaan ekonomi dan perdagangan yang mendalam dalam jangka pendek, pembicaraan bilateral lebih lanjut dapat membantu meredakan ketegangan dan menghasilkan kemajuan bertahap di bidang-bidang tertentu."
Para analis sepakat bahwa kemajuan yang berarti hanya dapat dicapai jika kedua belah pihak bersedia mengambil langkah saling mendekat dan mengubah kesepakatan tingkat tinggi menjadi kebijakan konkret yang mampu memulihkan kepercayaan dalam hubungan dagang China-AS.

Seiring negosiasi memasuki apa yang disebut para pengamat sebagai "perairan dalam", kompleksitas sejumlah topik semakin meningkat. Fase ini menuntut pertukaran pendapat yang jujur, sikap saling pengertian, serta kesediaan untuk menjembatani perbedaan melalui dialog yang konstruktif.
Sejarah telah menunjukkan bahwa menstabilkan hubungan perdagangan China-AS melayani kepentingan kedua negara dan menguntungkan dunia secara luas, menurut para pengamat.
Kerumunan di luar gedung Rosenbad telah menarik perhatian orang-orang yang penasaran. Di antara mereka, ada seorang wisatawan asal Australia yang berbincang dengan awak media. "Kita sudah merasakan beratnya tarif tinggi. Semoga sukses untuk kalian semua!" katanya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.